Gulf tampak tersenyum dalam pelukan Mew, keduanya tengah memperhatikan Alex yang begitu antusias mengatur presisi mahkota bunga di nisan Tasha.
Mahkota bunga berwarna kuning muda dipadu dengan detail beberapa daun palsu membuat nisan Tasha semakin indah, sungguh disayangkan karena Gulf dan Mew hanya mampu menatap nisan dan Alex hanya dapat memilihkan benda terbaik untuk nisan.
Seandainya Gulf tidak egois, mungkin Tasha akan berlari bersama Alex, memeluk Gulf dalam waktu bersamaan dan Gulf akan melihat anak-anaknya tumbuh hingga dewasa.
"Cantik kan? Itu Alex yang memilih! Adik kasihan, tidak bisa memeluk papa dan daddy. Tapi adik jangan sedih, Alex bisa menjaga papa dan daddy. Alex jagoan!"
"Alex, sudah selesai sayang?" tanya Mew.
"Daddy, cantik yang mana untuk adik? Yellow atau peach?"
"Yellow, adik pasti suka yellow. Sama seperti papa," sahut Mew.
"Oke, adik. Alex akan per-gi dulu, kapan-kapan Alex akan datang lagi. Alex dan papa dan daddy sayang dengan adik, bye bye adik."
***
Setelah rengekan demi rengekan dari Alex, keluarga kecil itu mengalah untuk pergi ke rumah Ghina, dengan Mew yang tampak berat hati dalam menyetir. "Apa kita sedang mengantar putra kecil kita untuk kencannya?" gumam Mew.Gulf hanya bisa menggeleng seraya tersenyum untuk menanggapi sikap suaminya. Ini baru dijalan, apalagi setelah Mew dan Bright bertemu nanti, Alex maupun Ghina tidak akan bisa berinteraksi seperti yang Mew khawatirkan.
Win tampak tersenyum ketika mendapati Gulf dan keluarganya setelah membuka pintu, pria dengan gigi kelinci itu langsung memeluk Gulf. Meski bagaimanapun, mereka adalah dua sahabat yang selalu melewati banyak rintangan bersama. Melihat satu sama lain dengan kehidupan yang lebih layak tentu membuat mereka bangga.
Dua orang yang bahagia itu sebenarnya tidak ingin darah mereka naik, tapi perlakuan Mew dan juga Bright jelas menaikan tempramental. Kedua ayah itu sedang beradu pandangan yang tidak mengenakan, satu menahan Alex dibelakangnya dan satu membentengi Ghina.
"Aku tidak mengerti kenapa Bright harus dirumah hari ini, seharusnya dia bekerja di kantor saja agar kita bisa minum teh dengan tenang." keluh Win seraya meletakkan beberapa cangkir teh diatas meja setelah mempersilahkan kepada Mew dan Gulf untuk masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
FanfictionAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...