59

3.1K 263 127
                                    

Dengan wajah yang memerah dan mata berkaca-kaca serta jiwa penuh dendam Gulf tersenyum tipis dan menatap ke arah Sinta yang telah terpojok, "apa kau pikir kau akan berhasil? Dengan nyawaku sebagai harganya, aku bersumpah kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan Sinta."

"Jangan mengatakan omong kosong, kau hanya orang asing." ucap Sinta dengan jarinya yang mengacung kearah Gulf.

"Ibu satu-satunya yang asing disini, pembunuh!" ucap Mew.

"Phi Miu, phi boleh percaya tentang apapun yang Gulf katakan. Tapi phi harus tetap percaya bahwa Art tidak melakukan kejahatan itu, Art tidak melakukan apapun untuk menyakiti phi. Phi tau kan? Art suka phi," sela Art.

"Art! Bodoh! Apa yang kau katakan?!" sentak Sinta. "Gulf, aku ibu Mew. Apa kau pikir kau pantas untuk mempermalukan aku begini hah?!"

Gulf tertawa kecil dan tiba-tiba air matanya menetes. "Setelah kau membunuh kedua orangtuaku, melenyapkan putriku dan ayah mertuaku, lalu kau meminta orang lain meniduri ku dan membayar orang untuk meniduri suamiku demi menghancurkan rumah tanggaku. Apa kau pikir aku akan gentar dengan ancamanmu?" tanya Gulf

"Gulf," lirih Mew yang akan mendekati istrinya.

"Phi Miu!" cegah Art dengan perasaan kalut. "Jangan mendekat ke arahnya! Art satu-satunya yang menyukai phi Miu, hanya Art yang bisa mengerti phi. Phi tau kan?" ucap Art seraya memohon.

"Beginikah cara kerja obatnya? Setelah terpengaruh lalu kau akan mengemis pada Mew?" tanya Gulf pada Art remeh.

"DIAM!!!" sentak Art.

"Kau yang diam, bodoh." desis Gulf. "Kau tidak tau seberapa berbisanya mulutmu hingga mampu mengikat Mew kedalam jurang kematian."

"Aku tidak! Aku melakukannya untuk melindungi phi Miu, karena aku menyukainya."

"Kasihan, cintamu didasari apa? Melindungi Mew dengan apa? Kau bahkan memaksa Mew memakan apa yang dia tidak suka, meminum apa yang dia tidak ingin. Cinta seperti apa itu?" tanya Gulf.

"Tunggu sebentar lagi sebelum polisi menjemput kalian," ucap Joy penuh kepuasan.

Dengungan yang begitu nyaring seketika memenuhi pendengaran Mew, sejenak pria itu menutupi kedua telinganya dan mengerjapkan mata setelah bunyi itu hilang. "Bisakah kalian berhenti, ibu?" pinta Mew lirih.

"Ibu?" batin Sinta. Bulir air mata yang jatuh dari pelupuk mata Mew membuat Sinta melemah.

"Apakah sudah terlambat?" lirih Mew dengan tertunduk. "Pasti sangat terlambat untuk marah pada ibu kan? Kenapa aku menyebutmu ibu? Aku tidak tau bahwa ibuku benar-benar mengerikan."

"Mew, jangan katakan itu pada ibu sayang." pinta Sinta lirih penuh frustasi.

"Kenapa?" tanya Mew menyeka air matanya. "Apakah aneh jika aku membencimu setelah semua yang kau perbuat pada orangtuaku, orangtua Gulf dan anak-anakku?"

"Mew, itu bukan kejahatan, sayang. Itu naluri ibu untuk melindungi putranya, Mew tau kan? Mew putra ibu."

"Bukan kejahatan? Ibu membuat duniaku berputar dan membuatku buta akan duniaku sendiri. Ibu menghancurkan semuanya, ibu tidak menyisakan apapun untuk Mew.

Ibu membuat orang lain mencari tanpa berhenti, ibu melukai semua orang yang menyayangi Mew dengan tulus, kenapa?" tanya Mew. Mew tau jika Sinta adalah iblis, tapi Mew tidak pernah tau kalau Sinta bisa lebih kejam daripada malaikat maut.

"Lalu ibu harus apa Mew? Ibu tidak punya cara lain untuk melindungi mu."

"Aku paham sekarang," ucap Mew. "Orang bilang manusia tidak pernah berubah, tapi aku melihat perubahan yang jelas pada ibu. Ibu dan Tay juga Art harus mempertanggungjawabkan perbuatan kalian."

IGNITI2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang