"Good molring, papa."
Gulf tersenyum manis, menghampiri kemudian memeluk dan mencium pipi Alex yang kini tengah duduk manis dimeja makan.
"Alex sendirian?" tanya Gulf, pria itu duduk tepat di samping Alex.
"Alex ingin membangunkan papa dan daddy, tapi tidak tega."
"Maafkan papa, ya. Papa bangun kesiangan, jadi tidak mengurus Alex." Gulf mengusap kepala Alex dengan lembut.
"Tidak apa papa, ada Sili. Sili akan menyiapkan semuanya untuk kita." Gulf terdiam, Alex tumbuh persis seperti dirinya ketika kecil, Kana yang manja dan selalu bergantung pada orang lain. Tapi ini mungkin adalah kesalahan Gulf sebab dirinya tak bisa membimbing Alex, Siri memang dibayar untuk merawat Alex, bukan hal langka jika Alex mengandalkan Siri untuk mengatur hidupnya.
"Lain kali papa akan siapkan makanan untuk Alex," ucap Gulf dengan senyumnya.
"Papa bisa memasak?" tanya Alex.
"Tentu, katakan pada papa Alex ingin makan apa. Besok papa akan memasak untuk Alex."
"Untuk daddy juga?" tanya Alex.
"Iya, untuk daddy juga. Mulai hari ini, papa akan merawat kalian dengan tangan papa."
"Dimana daddy?" tanya Alex lagi.
"Daddy disini," ucap Mew yang kini telah rapi dengan setelan jas. Satu kecupan kembali mendarat di wajah Alex, kali ini dari sang daddy tercinta.
"Kenapa daddy mencium Alex?" keluh Alex seraya mengusap pipinya.
"Kenapa? Biasanya setiap hari juga begitu, Alex sudah mendapatkan kiss dari papa? Jadi tidak butuh yang dari daddy lagi?" Mew memajukan bibirnya, pria itu bersikap seolah dirinya sedang merajuk.
"Tidak daddy, Alex masih butuh. Daddy cepat duduk, Alex lapal."
"Tuan Alex, Siri akan ambilkan nasi untuk tuan." Siri yang baru datang dengan membawa segelas susu tiba-tiba berucap, dan itu langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Alex. Sikap Alex sama sekali tidak mengganggu Gulf, tapi Gulf tidak ingin Alex menjadi anak yang terlewat manja dan kehilangan adab terhadap orang yang lebih tua.
"Alex tidak ingin itu!" ucap Alex dengan setengah membentak pada Siri.
Siri menoleh ke arah Alex sejenak, "tuan Alex harus makan sayur, agar sehat."
"Tidak! Alex tidak ingin!" ucap Alex lagi.
Sejenak Siri menatap kearah Mew dan kemudian Mew mengangguk, Siri tetap meletakkan sayur diatas piring makan Alex setelah taun besarnya mengangguk. Alex yang dari awal sudah menolak untuk memakan sayur tiba-tiba mengamuk dan mendorong piring makannya menjauh, benda itu bahkan jatuh ke lantai dan membuat pecahan kaca berserakan dimana-mana.
Bagaimana reaksi Siri? Ia sudah terbiasa dengan itu, Alex memang tidak suka sayur, tapi ia harus memakan itu untuk masa pertumbuhannya. Siri hanya mengikuti perintah Mew, tetap meletakkan sayur dipiring Alex sekalipun Alex menolak dengan keras. Alex sempat berpikir bahwa kini ada Gulf yang bersamanya, Gulf mungkin akan mendukungnya dan melarang Mew memaksanya memakan sayur.
Siri segara berjongkok untuk membersihkan serpihan kaca, akan sangat berbahaya jika serpihan itu mengenai Alex, Mew bisa mengamuk atau mungkin memecat Siri. Sejenak Gulf menatap kembali Mew, pria itu hanya diam dan tidak memberikan reaksi apapun, alih-alih menasehati Alex.
"Siri," ucap Gulf saat wanita itu akan menyentuh serpihan kaca. Siri yang merasa namanya dipanggil lantas menatap ke arah Gulf.
Gulf menatap pelayan lainnya yang mematung di sekitar tangga dan sudut ruangan lainnya, masing-masing dari orang itu memang memiliki tugasnya sendiri, tapi ini cukup keterlaluan jika anak berusia enam tahun harus bersikap seperti itu, parahnya lagi Mew tidak keberatan dengan hal itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/284239343-288-k952293.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
FanfictionAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...