5•

2.2K 292 31
                                    

Gulf langsung memasuki gerbang sekolah saat Tay menuru nkannya dilokasi yang mereka tuju, sejenak ia menarik nafas, apa Alex benar-benar menginginkan Gulf untuk menemaninya hingga ia nekat mencuri cincin Gulf?

Bendera segitiga dengan berbagai variasi warna tergantung melintang menghiasi halaman, menambah kesan keceriaan pada lingkungan sekolah yang dipenuhi anak-anak. Mereka semua menggunakan tiga jenis rompi dengan warna yang berbeda, sepertinya itu digunakan untuk membedakan kelompok.

Dibawah sebuah pohon besar, Gulf melihat Alex yang tengah duduk ditemani oleh Fa, bocah itu benar-benar tidak memiliki semangat.

Alex menggunakan rompi berwarna merah, begitu juga dengan Fa, karena mereka adalah pasangan bermain. Beberapa lomba sudah dimulai, anak-anak yang menggunakan rompi merah sudah mulai berpartisipasi, tapi Alex masih betah dengan kemurungannya.

Gulf memutuskan untuk mendekati Alex, setelah mempertimbangkan berbagai hal tentunya. Ia tau yang berdiri di samping putranya adalah Fa, tapi masa bodoh, memangnya apa yang bisa dilakukan oleh Fa?

Alex yang tertunduk mendongak perlahan saat melihat sepatu kets berwarna putih di depannya, "kamu?" ucap Alex dengan girang.

Fa terdiam menatap Gulf yang perlahan melepaskan maskernya, rasa percaya dan tidak, memang mirip Gulf, tapi agak berbeda.

"Kenapa tidak bermain?" tanya Gulf.

"Aku menunggu kamu, aku tau kamu akan datang."

"Fa, belikan lompinya!" ujar si bocah.

Fa seperti terhipnotis saat Gulf melepaskan maskernya, orang itu benar-benar Gulf? Tangan Fa melepaskan rompi perlahan dan menyerahkannya pada Gulf. Laki-laki tua itu menelan ludah sejenak, ia menemukan yang selama ini yang dicari oleh Mew. Jika dia akrab dengan Alex maka itu berarti mereka sudah lama saling bertemu.

"Lomba apa yang ingin kau mainkan?" tanya Gulf.

"Lomba lali," ucap Alex dengan semangat.

"Ayo pergi!" ajak Gulf tak kalah semangat.

"Selanjutnya adalah run with my father!"

Dalam permainan kali ini, setiap ayah harus berada di tengah antara jarak garis start dan finish. Anak-anak akan berlari sendirian dari garis start untuk menghampirinya ayahnya, lalu sang ayah harus menggendong anak mereka sambil berlari hingga ke garis finish. Seperti lomba lari pada umumnya, siapa cepat dialah pemenangnya.

"Sedia?!"

"Siap?!"

"Mulai!"

Alex berlari sekuat tenaga, namun tetap tak mampu mendahului semua lawannya dari kelompok lain. Bocah itu memeluk Gulf dengan sangat erat ketika berhasil menghampiri sang papa, selanjutnya adalah tugas Gulf untuk bersaing dengan ayah-ayah yang lain, terutama ayah yang sudah mendahului langkah mereka.

Gulf berlari sekuat yang mungkin, ia tak boleh tak bisa karena Alex sangat ingin memenangkan pertandingan ini.

Garis finish berhasil diterjang terlebih dulu oleh Gulf dan Alex, decakan kagum mengiringi kemenangan mereka. Peluh mulai mengalir dari dahi Gulf, dia benar-benar papa yang luar biasa, padahal mereka bisa dikatakan tertinggal cukup jauh tadi.

Alex mencium pipi Gulf saat pria berambut pirang itu masih terengah-engah, "telimakasih sudah membuatku menang."

"Bukan karena aku, kau menang karena kau berlari dengan sangat baik. Kau hebat," ucap Gulf seraya menggelitiki perut Alex.

"Siapa yang sedang bersama Alex?"

"Itu jelas bukan daddy-nya."

"Apa itu papanya?"

IGNITI2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang