Gulf menghampiri Mew yang tengah duduk di ruang keluarga dengan membawa handuk kecil serta secangkir teh hangat di tangannya.
Hujan diluar begitu lebat, tak kunjung berhenti sejak sore. Itulah sebabnya Gulf harus membawakan teh untuk Mew, suaminya itu sangat anti terhadap air hujan. Tapi demi agar Alex dan Gulf tidak basah, Mew merelakan jas nya untuk melindungi orang-orang terkasihnya.
Gulf duduk di samping Mew setelah meletakkan cangkir teh yang ia bawa, tangan Gulf yang hangat menggenggam tangan Mew yang dingin. Ucapan yang keluarkan oleh Bright membuat Gulf sedikit khawatir pada Mew, apakah Mew tidak bisa memilih untuk pergi melanjutkan dinasnya saja sebagai pilihan utama?
"Mew," ucap Gulf yang sekarang sudah memeluk lengan kiri Mew dan menyandarkan kepalanya pada bahu Mew.
"Hm?" sahut Mew.
"Aku pergi ke rumah ayah beberapa Minggu yang lalu."
Mew masih memfokuskan perhatiannya pada televisi, meskipun telinganya mendengarkan ucapan Gulf.
"Ayah menanyakanmu, tapi aku bilang kalau aku pergi tanpa memberitahumu. Lalu aku berjanji akan berkunjung lagi denganmu dilain waktu, tapi aku tidak memberitahumu. Maaf."
"Kenapa meminta maaf? Itu bukannya kesalahan yang besar, memang salahku karena tidak mengajak kalian berkunjung kerumah ayah."
"Kurasa kesehatan ayah kurang baik waktu itu, seharusnya aku meminta mu untuk menghubungi ayah. Bagaimana besok? Apa kau sibuk? Bisakah kita kerumah ayah?"
Mew memiringkan kepalanya, berpikir sejenak. "Ayah pasti mengerti kalau aku sibuk dengan urusan kantor, jika dia rindu seharusnya dia bisa datang kesini. Ada Fa kan? Fa bisa mengantar ayah kerumah kita. Lagipula ayah punya smartphone, dia bisa menelepon kalau memang mau."
"Tapi aku sudah berjanji pada ayah untuk mengajakmu berkunjung, aku tidak ingin ayah menganggap bahwa putranya menjadi durhaka setelah menikah denganku." ucap Gulf seraya mengeratkan pelukannya pada lengan Mew.
"Gulf, lusa aku akan pergi ke luar kota."
"Kantor cabang kan?" tebak Gulf seraya tersenyum. "Aku tau, Mew. Itulah sebabnya aku ingin kau mengunjungi ayah besok."
"Tau dari mana?" tanya Mew.
"Tau saja, aku kan Gulf. Apa yang aku tidak tau? Aku sangat peka, lebih peka dibandingkan dengan putri malu."
Mew menatap Gulf yang bersenda gurau seraya menatap layar televisi, menurut Gulf ucapannya lucu, tapi bagi Mew?
"Karena kau sudah tau, bisakah kau ikut denganku untuk beberapa hari? Ajak Alex juga, agar dia bisa liburan."
"Mew, kau hanya melakukan pekerjaannya beberapa hari. Itu tidak akan lama dibandingkan dengan kau harus menundanya, Alex tidak bisa melewatkan kelasnya untuk beberapa hari."
"Apa kau tidak apa-apa jika aku pergi?" tanya Mew.
"Tentu aku akan baik-baik saja, aku punya Alex, dia akan menjagaku kan? Jagoan mu!"
Mew melepaskan pelukan Gulf darinya, "kalau begitu biarkan Siri dan yang lain kembali kerumah ini."
"Aw, kenapa begitu?" tanya Gulf seraya tertawa. "Ini belum sampai seminggu, jauh dari target kita Mew."
"Jika kau tidak ingin mereka kerumah ini, maka kau harus menginap di rumah ayah sampai aku kembali. Kau hanya punya dua pilihan."
"Mew ...."
"Gulf, aku tidak bisa meninggalkan mu hanya berdua dengan Alex, dirumah sebesar ini."
"Apa kau tidak percaya padaku? Aku bisa menjaga Alex ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
FanfictionAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...