16•

2.1K 249 15
                                    

Gulf tersenyum seraya menggenggam tangan Alex, "Alex ingin pergi dengan papa?"

Alex tersenyum namun tak mengangguk, sepasang matanya hanya menatap Mew yang berdiri jauh dari mereka. Meskipun diam, Mew tau bocah itu menantikan izin darinya. Alex tau Gulf adalah papanya, tapi Mew yang menemani dan menjaga Alex selama ini, sekalipun itu adalah Gulf, Alex tetap memerlukan izin dari Mew untuk pergi.

Mew tersenyum dan menghampiri putranya, ia kemudian berjongkok dan mengusap lembut kepala Alex. "Alex boleh pergi dengan papa, nanti daddy akan jemput kalian. Daddy tidak akan lama."

Alex mengangguk, bocah itu tidak dapat berbohong jika dirinya amat senang dapat menghabiskan waktunya bersama Gulf. Terlebih Mew telah memberinya izin.

"Alex, jaga papa sampai daddy datang. Oke?"

"Oke." Alex mengangkat jempolnya dengan wajah ceria. Alex memeluk Mew dengan erat dan mulutnya terus mengucapkan kata terimakasih. Hingga giliran Gulf untuk memeluk Mew, "terimakasih karena sudah membuat pilihan." Gulf kembali berbisik.

Mew membalas pelukan Gulf dengan penuh ketulusan, Mew baru saja akrab dengan ayahnya beberapa tahun belakangan dan hubungan mereka benar-benar membaik. Bagaimana Mew bisa pergi dari rumah mereka dan membiarkan Rico tinggal sendirian bersama penyihir kegelapan?

Hal yang membuat Mew berat bukankah keraguan ataupun uang, Mew bisa langsung pergi ke rumah baru saat ini juga, jika ia mau. Tapi Mew memerlukan beberapa pertimbangan, bukan keberatan atas keinginan Gulf. Mew sudah menjelaskan bahwa dirinya tidak bisa meninggalkan Rico sendirian, meskipun Rico buruk dalam perangai, tapi Rico hanya laki-laki renta yang sebenarnya memiliki kepedulian tinggi. Rico memerlukan Mew dalam hidupnya akhir-akhir ini, jika mereka tinggal terpisah maka waktu untuk bertemu akan semakin menipis.

Gulf bahkan meminta agar Fa tidak perlu ikut dengan mereka, Fa bisa tinggal untuk menjaga Rico jika Mew benar-benar menghawatirkan keadaan ayahnya.

Setelah Gulf pergi bersama Alex, kini hanya tinggal Mew yang duduk sendirian di sofa ruang tamu. Ia mematung hingga Rico menyapanya dengan penuh kehangatan.

"Melamun lagi? Ayah lihat hubungan kalian membaik, apa yang perlu di khawatirkan lagi?" tangan keriput itu mulia menepuk pundak Mew.

Mew tersenyum kecut, "ayah, aku sudah menunggu lama dan sekarang Gulf kembali."

"Berita bagus, Alex tidak akan kesepian lagi sekarang."

"Tapi kami memutuskan untuk membeli rumah baru dan tinggal terpisah dengan ayah," ucapan Mew membuat Rico terdiam sejenak. Mengapa susunan waktunya terdengar tidak tepat? Kedekatan diantara keduanya baru saja dimulai setelah renggang bertahun-tahun, Rico belum selesai menebus dosanya pada Mew, bagaimana bisa mereka harus tinggal terpisah?

"Aku janji, kami akan menyempatkan waktu untuk menjenguk ayah setiap hari." Mew berucap seolah mengerti dengan raut wajah Rico yang memasang senyum palsu.

"Ayah senang kalau kau senang, lagipula ayah sudah tua Mew. Kalian yang muda memang harus menjalin kedekatan diantara keluarga kecil kalian, tidak seharusnya orang tua seperti ayah ikut campur."

"Ayah ...." Mew berucap pelan, merasa bersalah pada Rico yang terdengar memberi dukungan penuh.

"Jadi, apa kalian sudah punya rencana akan pindah kemana? Maksud ayah rumah yang akan kalian beli, pilih rumah yang luas dan nyaman agar Alex dan Gulf betah. Kenyamanan itu hal yang paling utama."

"Aku pikir kami akan menempati rumah keluarga kita yang ...."

"Jangan, Mew. Tempatnya tidak strategis, sebentar lagi Alex akan masuk sekolah kan? Alex pasti mengharapkan agar Gulf bisa mengantar dan menjemputnya begitu juga dengan Gulf, mereka lama tidak bertemu. Jangan pilih tempat tinggal yang terlalu jauh dari sekolah Alex, kasihan Gulf, dia mungkin akan kewalahan jika harus melakukan perjalanan jauh setiap hari untuk mengontrol Alex dan merawat mu juga."

IGNITI2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang