Matahari yang hangat adalah pembuka yang baik untuk mengawali hari, Gulf meregangkan tubuhnya seraya tersenyum. Kali ini, matahari bahkan menerpa wajah Gulf dan memberikan kehangatan secara langsung.
Gulf langsung disuguhi dengan segelas susu oleh Siri, wanita yang katanya telah menjadi pengasuh Alex sejak Alex kecil itu tersenyum ramah padanya.
"Siri? Kapan kalian tiba?" tanya Gulf sementara tangannya menerima susu pemberian Siri.
"Sejak pagi, tuan. Saya minta maaf, saya sudah menyiapkan tuan Alex tanpa meminta izin anda. Kami semua harus mengikuti perintah tuan Mew untuk tidak membiarkan Anda bekerja terlalu berat." ucap Siri dengan senyumnya.
"Sudah siap? Apa aku bangun kesiangan?" pikir Gulf.
"Tuan Mew sedang berada di luar, berbicara dengan Rom. Tuan Alex sudah menunggu di meja makan untuk sarapan, apa tuan Gulf akan langsung ke meja makan atau ingin pergi mandi? Ris akan menyiapkan air untuk anda, hangat atau dingin?"
Gulf tersenyum, "aku mandinya nanti saja. Tidak perlu repot-repot, aku bisa menyiapkan airku sendiri."
Siri menggeleng pelan. "Tidak, tuan. Anda tidak diizinkan untuk itu, kami akan melakukannya. Jika ada sesuatu sekecil apapun, mohon beritahu pada kami."
Gulf mengerutkan keningnya, ia berpikir sejenak. Kehidupan Gulf akan lebih mudah untuk kedepannya, ia hanya harus memikirkan apa yang ia ingin dan itu akan sampai ke hadapannya. Begitu kan konsepnya?
"Siri, aku akan keluar untuk menemui Mew."
Siri tersenyum sejenak, kepala pelayang itu kemudian menepuk tangannya dua kali dan kemudian datang tiga orang pelayan lainnya. Salah satu diantara ketiga pelayan itu membawakan sendal untuk Gulf, satu orang lagi membantu Gulf untuk menyibak selimutnya dan yang Gulf harus lakukan hanyalah bangun lalu mengarahkan kakinya untuk memakai sendal dan berjalan ke tempat yang ingin ia tuju.
Bukan lagi sedikit, tapi Gulf sangat asing dengan semua ini. Kalau begini, bukannya Alex saja yang akan manja, tapi Gulf juga.
Ketika Gulf sampai di dekat pintu, pelayan bahkan membukakan pintu untuknya. Tapi Gulf tak ingin ambil pusing, ia hanya tersenyum dan meninggalkan kamarnya.
Gulf menatap meja makan sejenak, Alex memang duduk disana bersama sepiring sosis favoritnya. Setiap kali Gulf mengedarkan pandangannya, tak ada satu sudut ruangan pun yang tak ditempati oleh pelayan. Rumah mereka terlihat seperti hotel dengan banyak pegawai.
Yang lebih membuat Gulf shock adalah halaman rumahnya, itu sudah seperti camp militer. Mew sedang berdiri di dekat batu besar yang ada di halaman rumah mereka, bersama Rom tentunya. Pria berbadan atletis itu tak pernah melepaskan kacamata hitamnya.
Pria-pria berjas hitam lainnya tersebar di halaman, berdiri tegak dengan jas yang serba hitam dan dasi merah yang seragam.
"Gila, ini sudah seperti penjagaan transaksi narkoba saja." batin Gulf.
"Mew," sapa Gulf pada suaminya yang sedang asik berbincang dengan si kepala bodyguard.
"Gulf, kau sudah bangun?"
"Ya, aku sangat kaget. Seseorang bahkan mengambilkan sendal untukku."
Mew tersenyum, inilah kenyamanan yang ingin Mew berikan pada Gulf sejak lama. Tapi Gulf selalu menolaknya. "Ini Rom. Dia yang akan bertanggungjawab penuh atas segalanya."
"Mew, apa kalian akan melakukan transaksi barang ilegal? Ada banyak sekali penjaga, ini tidak manusiawi untuk menjaga sebuah rumah." keluh Gulf.
"Gulf, aku sudah bilang kan? Ikuti aturan ku, selama itu tak membahayakan nyawamu kau tak perlu protes.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
FanfictionAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...