Kedua keluarga itu tampak makan dengan diselimuti oleh bincangan hangat, sesekali mereka semua tertawa, tetapi lebih sering terlihat adu tatap oleh Bright dan Mew yang hanya fokus untuk menjaga jarak anak-anak mereka.
"Mew, tidak ingin makan? Aku memesan banyak seafood untukmu," ujar Gulf karena tangan suaminya masih bersih akibat tak menyentuh satu pun makanan yang dihidangkan.
"Nanti saja," sahut Mew singkat.
"Ayolah, Bright. Hentikan untuk mengawasi anak-anak, mata kalian hampir lepas! Makan makanannya agar kita bisa pulang!" ketus Win pada suaminya.
"Aku ...."
"Jangan bilang sudah kenyang! Kau hanya ingin membatasi pertemanan Ghina, cepat makan sebelum aku melempar mu ke danau!" ancam Win. Mau tidak mau Bright harus kembali melanjutkan makannya, Win tidak pernah bermain-main dengan ucapannya.
Mew tersenyum, menandakan bahwa dirinya meremehkan Bright. "Lemah!" ucap Mew dengan mulutnya tak mengeluarkan suara, tapi Bright yakin ayah dari bocah yang menggoda putrinya itu sedang mengejeknya.
"Emp!" Mew cukup terkejut ketika Gulf tiba-tiba memasukan udang kedalam mulutnya.
Awalnya Mew terlihat akan marah, sikap Gulf jelas membuat dirinya terlihat lemah dihadapan Bright. Tapi Gulf tiba-tiba mengangkat dagunya untuk menanyakan apa Mew keberatan dengan tindakannya, Mew kemudian tersenyum dan mengunyah udang didalam mulutnya. Percayalah, amukan Gulf lebih kejam daripada Win.
Jika Win akan melempar Bright ke danau, Gulf mungkin akan menyeret Mew mengelilingi taman kuliner ini dulu sebelum dilempar ke danau.
"Kunyah itu, aku sudah memesan bahkan mengupasnya untukmu." ucap Gulf.
"Iya, sayang. Terimakasih sayangku yang sangat pengertian," ucap Mew seraya mengusap kepala Gulf dengan harapan singa dalam jiwa Gulf akan menjadi sedikit lebih tenang.
Hal itu jelas membuat Bright menahan tawa, Mew yang terlihat sangar juga ternyata takut dengan istri?
"Apa yang kau tertawakan?" tanya Win pada Bright.
"Tidak, aku tidak tertawa. Aku makan dengan benar, lihat?" elak Bright seraya mengupas udang yang ia pegang.
"Gulf, kudengar ada masalah disekolah. Aku datang untuk menjemput Ghina karena dia menangis, tapi para guru bilang Alex dan Fiat sudah dipulangkan."
"Oh, itu. Entahlah, Alex sangat suka berkelahi akhir-akhir ini. Aku juga tidak tau kenapa, tapi aku sudah menasehatinya." sahut Gulf pada Win.
"Namanya juga anak laki-laki, jagoan memang harus bertarung." sahut Mew asal.
"Apa kau yang meminta Alex untuk menjadi seperti itu? Wah, sangat buruk!" sela Bright.
"Tidak, apa yang salah? Neh, putraku sering berkelahi karena membela putrimu. Seharusnya kau berterimakasih," ucap Mew.
"Membela? Putriku menangis hingga sampai rumah, membela apanya?"
"Ghina tidak menagis karena Alex," elak Ghina.
Gulf dan Win saling tatap, pun dengan Mew dan Bright yang menatap wajah anak mereka dengan serius. Terakhir Alex bilang bahwa Ghina menagis tapi Ghina oke, mungkin mereka akan menjelaskannya sekarang?
"Ghina sedang bermain dengan Alex, di ayunan." ucap Ghina.
"Ayunan bilu untuk laki-laki, melah muda untuk pelempuan. Itu kata papa, kan?" sambung Alex.
"Ghina ingin main, tapi ayunan merah muda sedang digunakan orang lain. Alex menyuruh Ghina untuk naik ayunan biru," ucap Ghina lagi.
"Oh, Alex memberikan ayunanya untuk Ghina ya? Gentle banget," puji Win.
![](https://img.wattpad.com/cover/284239343-288-k952293.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
Fiksi PenggemarAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...