"Silahkan duduk, Mew." ucap Gulf seraya membuka es krim yang baru saja diberikan oleh Mew padanya. "Aku mengundang seseorang, untuk melengkapi kursi kosong di meja makan kita. Bagaimana? Kau tidak keberatan kan? Aku juga memberimu kejutan dengan menu makan malam ini, kalian pasti suka."
"Apa ini? Apa aku terkena boomerang?" batin Art yang mencoba untuk tetap tenang. Ia bisa saja pergi begitu dari tempat ini, tapi itu tidak mungkin karena Gulf jelas akan mencurigainya.
"Waw, vanilla? Mew selalu tau apa yang aku suka," ucap Gulf seraya menyendok es krim kedalaman gelas.
"Art, kau juga suka es krim rasa vanilla kan?" ucap Gulf seraya menyerahkan segelas es krim pada Art.
Art terlihat tegang dengan itu, "bagaiman dia tau namaku?" batinnya.
"Kenapa kalian melihatku?" tanya Gulf pada Art juga Mew yang menatapnya dengan tatapan tak biasa.
"Gulf, sebenarnya aku dan Art sudah saling kenal. Bagaimana kau bisa kenal Art?" ucap Mew canggung.
Gulf tersenyum manis dan kembali menyendok es krim untuk dirinya juga Alex. "Begitu? Aku betemu dengannya disupermarket, kami menjatuhkan beberapa barang jadi aku mengundangnya makan malam sebagai permintaan maaf."
Mew berdehem kecil seraya melonggarkan dasinya dan mengangguk pelan, pria itu benar-benar tenang dan santai sekarang. "Art ini adalah sekretaris White, ingat? Suami Nonni."
"Oh," sahut Gulf tak perduli dan masih asik dengan es krim.
"Dia berkunjung untuk beberapa hal, White bilang dia ingin merekomendasikan Art." sambung Mew.
"Aku tidak ingin ikut campur urusan pekerjaan kalian, aku tidak mengerti." gurau Gulf.
Gulf melirik ke arah Art yang menatap kosong ke arah makanan di meja, rasanya Gulf sangat ingin melemparkan pisau buah ke wajah bajingan kecil itu.
"Art, kenapa tidak makan? Apa kau tidak suka makanannya? Suamiku sering makan di restoran Jepang akhir-akhir ini, kupikir semua orang menyukainya karena aku juga sangat suka makanan ini. Apa ingin dibuatkan menu lain?" tanya Gulf yang kemudian duduk di kursinya.
Art menggeleng, "tidak. Aku bisa makan ini."
"Papa, Alex ingin sosis. Boleh?"
"Boleh, sayang. Ingin berapa banyak? Papa ambilkan," balas Gulf.
"Satu saja, nanti habis baru tambah."
"Oke, sayangku." sahut Gulf seraya mencium pipi Alex.
"Kalungmu bagus," ucap Gulf tiba-tiba setelah Art memasukkan sebuah sushi kedalam mulutnya.
Art berusaha menelan dengan susah payah, permainan apa yang akan dimainkan oleh Gulf? Apa istri Mew ini tau semuanya?
"Sepertinya suamiku terlalu baik pada karyawannya sampai-sampai harus membelikan benda yang harganya diluar nalar, aku pasti salah karena pernah mengira bahwa Mew adalah sosok bos yang tegas."
Art berusaha tersenyum, "pak Mew orang yang baik."
"Pak? Kau bisa memanggilnya dengan sebutan phi, kalian terbiasa dengan itu kan? Tidak usah canggung." ucap Gulf santai tapi mampu membunuh jiwa Mew.
"Iya," sahut Art singkat. "Tenanglah Art, permainanmu akan segera berakhir." batin Art.
"Lepaskan kalungmu sekarang," ucap Gulf datar.
Seketika itu juga Art langsung menatap kearah Mew, berusaha meminta saran untuk tindakan yang harus ia ambil. Sayangnya Mew hanya diam seolah ia tidak mengerti juga tentang hal apa yang harus dilakukannnya, ditambah lagi Mew terlihat tidak perduli pada situasi Art.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
FanfictionAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...