14•

2K 255 20
                                    

Gulf keluar dari ruang ganti dengan menggunakan hoodie yang menutupi tubuh indahnya, rambut pria itu tak lagi pirang, ia benar-benar kembali menjadi Gulf, secara fisik.

Tay hampir tak berkedip melihat penampilan Gulf yang terlihat baru baginya, pria itu tampak lebih fresh dengan rambut hitam dan pipi yang lebih berisi. Wajar jika Mew jatuh cinta pada malaikat setampan ini.

"Tay! Apa aku terlihat buruk dengan penampilan lamaku?" tanya Gulf.

Tay menggeleng, "tidak, mungkin aku hanya tidak terbiasa dengan style lamamu, karena itu baru bagiku."

Gulf mengangguk dengan wajah serius seolah ia benar-benar telah mantap bersama rencana yang telah ia pikirkan sendirian selama lebih dari sebulan, selama itulah ia tak pernah keluar dari apartemennya, menjauhi dunia malam untuk mengurangi sedikit kadar keburukan dalam dirinya, tak bertemu dengan Mew ataupun Alex. Tapi Gulf bisa pastikan, sekali Mew melihatnya, pria itu tak akan pernah berhenti memohon agar Gulf kembali.

Gulf sudah memantapkan hati hari ini, rencananya akan langsung berjalan setelah ia menerima tawaran Mew untuk kembali. Gulf telah berikrar pada dirinya, menjatuhkan Mew kedalam jurang kegelapan yang tak berujung.

"Kau benar-benar akan menemuinya?" tanya Tay pada sosok yang kini tak akan dapat lagi dipanggil dengan nama Kana.

Gulf mengangguk, Tay adalah orang yang mencetuskan metode ringkas untuk menghancurkan Mew, dan itu membuat Gulf yakin bahwa kehancuran itu akan datang dalam waktu yang singkat. Tapi pertanyaan Tay kali ini terdengar seperti dirinyalah yang ragu, bukan terhadap kemampuan Gulf apakah ia bisa menghandle rencana mereka atau tidak. Tapi Tay ragu untuk melepas Gulf kembali pada Mew, khawatir Gulf tak akan kembali sebagai Kana dan justru menjadi Gulf selamanya. Tay tak akan rela jika Gulf harus menimbun dirinya dalam keluarga sialan yang menghancurkan hidup Gulf selama bertahun-tahun.

"Kapan kalian akan bertemu?" tanya Tay.

"Dia selalu menghubungiku, tapi aku tak pernah membalasnya. Jika hari ini dia mengajakku bertemu, maka aku akan langsung menemuinya."

Tay menatap wajah Gulf tanpa harapan, namun tetap diselimuti dengan senyuman dan memaksakan diri agar tetap bersikap biasa-biasa saja.

"Tidak perlu meragukan aku, aku ahlinya dalam bidang ini. Aku akan cepat kembali dan meluncurkan rencana jangka panjang ku."

Gulf merogoh sakunya saat smartphonenya berdering, seperti dugaan, panggilan masuk dari pria yang tetap setia menunggunya selama bertahun-tahun. Senyum miring tersungging di wajah Gulf, ia hanya memikirkan betapa semesta mendukungnya kali ini, semuanya berjalan dengan lancar seolah Tuhan menerima naskah yang Gulf tulis.

"Halo?" sapa Gulf dengan suara datarnya.

"Gulf? Kau mengangkat panggilanku?"

"Ck, memangnya kau fikir apa? Jika tidak maka aku tidak akan berbicara denganmu sekarang."

"Maaf jika aku mengganggumu, bisakah kita bertemu?"

Gulf melirik Tay sejenak, hal itu langsung disambut oleh anggukan kepala oleh Tay yang bersikap seolah dirinya memahami maksud dari gerakan mata Gulf.

"Baiklah ...."

"Aku akan mengirim lokasinya padamu, bisakah kita bertemu malam ini? Sekarang juga," ucap Mew pelan. Gulf sedikit keberatan dengan kalimat penekanan dari Mew, pria itu terdengar putus asa namun tetap bersikeras untuk menarik Gulf kembali dalam hidupnya.

"Aku ...." Gulf merasa goyah, apakah tak apa jika ia menemui Mew dengan penampilan seperti ini? Akankah Mew melihatnya sebagai Gulf yang tetap ia cintai atau sebagai Gulf yang meninggalkannya begitu saja? Entah darimana datangnya kegelisahan ini, tapi Gulf benar-benar resah, takut jika tiba-tiba Mew menarik kembali semua perasaannya pada Gulf. Berkali-kali Gulf menampar perasaannya agar sadar pada tujuan utama, dan itu berhasil, namun tak tau akan bertahan sampai kapan.

IGNITI2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang