Semua mata yang semula tertuju pada gaya baru Alex tiba-tiba teralihkan saat sosok pria tampan datang dan berjalan ditengah ramainya tamu undangan, warna rambutnya yang serasi dengan si pewaris tunggal membuat wajah tampan itu semakin terlihat jelas.
Gulf berjalan dengan santai, menghampiri Alex yang sedang berdiri di samping Mew bersama meja yang menyangga sebuah kue ulang tahun dengan lilin menyala diatasnya.
"Papa!" teriak Alex.
"Anda yakin tidak ingin kembali?" tanya Fa yang kini tengah duduk di salah satu kursi taman kota.
Gulf masih asik dengan Alex yang ada di dalam pangkuannya, pria itu tersenyum miring saat kaki tangan keluarga Suppasit itu memberikan pertanyaan yang jawabannya pasti sudah bisa ditebak.
"Untuk apa aku kembali? Menimbun diriku di dalam luka?" tanya Gulf.
Smartphone Fa berdering, sebuah panggilan masuk membuatnya harus menjauh dari Gulf dan juga Alex. Ketika itu juga Alex turun dari pangkuan Gulf lalu mengembalikan cincin yang pernah ia ambil tanpa permisi, Gulf bangkit dari duduknya setelah menerima cincinnya kembali, berniat untuk segera pergi dari tempat itu. Tapi tangan kecil Alex menahannya.
"Apakah kamu adalah papaku?" tanya Alex tiba-tiba.
Gulf melirik Alex sejenak, "kenapa kau berpikir begitu?"
"Cincin itu sama dengan milik daddy ku, daddy ku bilang itu cincin pelnikahan, jika satu ada di daddy belalti satunya ada di papa."
"Em, aku adalah papamu. Senang sekarang?"
Alex memeluk paha Gulf dengan erat, "tentu."
"Kenapa kau mudah percaya pada kata-kata orang lain? Apa kau juga mengatakan ini pada semua orang yang kau temui?" tanya Gulf.
Alex menjauh beberapa langkah dari Gulf, "tidak. Tapi kamu milip dengan foto yang selalu daddy pegang jika menangis."
Gulf diam, ia benar-benar malas untuk mengoceh kan Mew, sekarang ataupun nanti. Gulf berbalik badan, berniat segera meninggalkan Alex sebelum ia berubah pikiran lalu membawa Alex untuk pergi bersamanya. Tapi Alex lagi-lagi menahan Gulf, kali ini wajahnya tertunduk dengan tangannya terulur bersama sebuah cek kosong.
"Besok adalah ulangtahun ku, aku ingin kamu datang dan menyapa daddy ku juga."
Gulf diam sejenak, bocah di hadapannya sama sekali tidak tahu menahu tentang permasalahan antara Mew dan juga Gulf. Yang ia tau hanyalah dia merindukan papanya, dan Gulf adalah orang yang memenuhi kriteria serupa.
"Aku tidak mau, aku sibuk. Jangan berharap kau akan dapat menipuku lagi!"
"Aku tidak menipu, aku meminta keltas ini dengan daddy. Daddy bilang ini bisa ditukal dengan uang."
"Tidak, aku harus bekerja."
"Belapa gaji kamu satu hali? Aku hanya ingin satu hali saja. Aku akan ganti uangnya."
Gulf merasa kesal pada dirinya sendiri karena tidak mampu menolak permintaan Alex, dirinya begitu lemah dan mudah goyah dengan bujuk rayu bocah itu. Ia tau bahwa dirinya dan Alex punya hubungan darah, tapi mereka tak saling jumpa dan tak pernah merawat satu sama lain. Apakah mereka tetap sedekat itu?
"Sebenarnya aku sibuk, tapi karena kau membayarku aku akan pergi. Berapa banyak yang bisa ku tulis?"
Flash mulai menyala bersahutan, menyorot si bintang yang lama tak muncul. Jantung Mew berdetak seirama dengan bunyi jepretan kamera dari para reporter, ia benar-benar melihat Gulf berjalan ke arahnya bersama senyuman yang selama ini dirindukan?
![](https://img.wattpad.com/cover/284239343-288-k952293.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
FanfictionAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...