44

1.4K 200 95
                                    

Siri memperhatikan wajah Gulf yang terlihat muram setelah mengembalikan smartphone milik Rom, kepala pelayan itu menjadi sedikit resah. Apa yang begitu buruk hingga wajah Gulf seakan sangat membendung kekecewaan.

"Siri, bisakah kau tinggal disini untuk menemani ayah? Aku akan membawa Alex pulang, kasihan jika dia harus tidur disini sepanjang malam."

Siri terpaksa mengangguk, lagipula dirumah sudah ada lebih dari 20 pelayan, itu sudah cukup untuk membantu Gulf.

"Rom, tinggalkan beberapa bawahanmu untuk berjaga disini. Minta mereka segera menghubungimu jika sesuatu terjadi."

Rom mengangguk paham, pria itu berniat untuk menggendong Alex agar meringankan Gulf. Tapi Gulf menolak dengan gerakan tangannya dan memilih untuk menggendong Alex kedalam dekapannya sendiri.

"Apa tuan Mew menjawab panggilan anda?" tanya Rom ditengah perjalanan.

Gulf menggeleng, "tidak. Mungkin dia benar-benar sedang sibuk." bohong Gulf.

"Daddy," lirih Alex ditengah tidurnya. Bocah itu kemudian mengeratkan pelukannya pada Gulf, dengan sigap Gulf mengusap punggung Alex agar bocah itu kembali tidur dengan tenang.

Gulf paham, Alex tidak pernah berpisah lama dengan Mew. Lalu sekarang Mew harus mengambil beberapa pekerjaan diluar kota, ini hampir seminggu, wajar jika Alex merindukannya.

"Miu?" ucap Art yang tak bisa memalingkan wajahnya dari Mew yang asik menonton televisi.

"Hm?" sahut Mew.

"Give me a kiss," ucap Art tiba-tiba.

Mew melirik ke arah Art sejenak, apa maksudnya?

"Kiss as brother," ucap Art lagi.

"Aku tidak paham," sahut Mew yang kini telah merubah lirikan menjadi tatapan untuk Art.

"Em, kakak tidak apa-apa mencium adiknya." sahut Art tanpa ragu.

Mew menelan ludah sejenak, apa yang terjadi padanya? "Tidak, Art. Aku tidak bisa."

"Kalau begitu, let Art give phi Miu a kiss, na?" pinta Art.

"Tidak bisa Art," sahut Mew lagi dengan suara yang lebih lembut. Ia tidak ingin menyinggung perasaan Art.

"Why not?" tanya Art dengan wajah kecewa.

Mew memalingkan wajahnya dan berpikir sejenak, mungkin satu ciuman pada pipi tidak masalah. Toh mereka hanya menganggap satu sama lain sebagai saudara.

"Baiklah, phi mungkin bisa memberimu satu dipipi." sahut Mew seraya memalingkan wajahnya untuk kembali menatap Art.

Sialnya Art sudah sangat senang ketikan mendengar jawaban itu dan langsung menoleh, tanpa sengaja keduanya berhadapan secara berbarengan dan menyebabkan bibir mereka hampir saling menempel.

Art tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan langsung mengecup daerah pipi Mew yang paling dekat bibir, hal itu sontak membuat Mew terkejut karena itu tidak sesuai kesepakatan.

Art kemudian tersenyum menatap wajah Mew, "phi Miu lucu." ucap Art seraya kembali menatap wajah Mew dengan jarak yang sangat dekat.

"Lucu apanya?" tanya Mew yang tak sedikitpun menjauhkan diri dari Art.

Art menggunakan jari telunjuknya untuk menyentuh bibir Mew. "Bibir phi Miu, itu lucu." ucap Art seraya tersenyum polos.

"Membuat Art ingin menggigitnya karena itu terlihat kenyal seperti permen," sambung Art seraya tertawa kecil.

"Oh," sahut Mew singkat.

"Bolehkah?" tanya Art tanpa rasa malu sedikitpun.

"Apa?" tanya Mew yang tiba-tiba bersikap seperti orang ling-lung.

IGNITI2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang