Gulf menatap Mew yang tengah duduk bersandar dengan mata dan tangan yang terfokus pada smartphone, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 21:33. Apa yang membuat Mew begitu betah?
"Mew, sedang menunggu apa?" tanya Gulf.
Giliran Mew yang menatap Gulf, kenapa pria itu belum tidur padahal sudah berbaring sejak tadi?
"Sedang menunggu sesuatu, seharusnya mereka mengirimkannya ke email ku malam ini." sahut Mew yang kemudian kembali menatap smartphonenya.
"Kenapa tidak membukanya besok pagi saja? Ini sudah malam kan? Waktunya istirahat," ucap Gulf seraya memperbaiki posisi bantalnya.
"Kau mengantuk? Tidur saja Gulf, aku akan segera tidur setelah memastikan dokumennya masuk."
Gulf mengulurkan sebelah tangannya pada Mew. "Bisakah memelukku sebentar?" tanya Gulf.
Mew memutuskan untuk segera memberikan pelukan pada Gulf setelah tersenyum, tangannya tak pernah bosan untuk mengusap hangat punggung Gulf.
Hingga sebuah notifikasi masuk dan Mew harus melepaskan Gulf, lagi. Mew mengecup kening Gulf sejenak setelah membuka email yang telah ia terima dari manager office, kemudian melepaskan pelukannya pada Gulf yang baru akan memejamkan mata.
"Sayang, maaf ya. Aku harus memperbaiki beberapa susunan, aku akan pindah ke ruang kerja ku agar kau bisa tidur dengan nyenyak disini."
"Mew, kau bisa menyelesaikannya disini. Aku tidak masalah, aku bisa menemanimu sampai pekerjaanmu selesai."
"Em," sahut Mew seraya menggeleng. "Gulf harus tidur, Gulf tidak boleh kelelahan. Jangan begadang ya sayang, aku hanya sebentar. Semuanya akan selesai sebelum tengah malam, aku janji."
"Aku akan menemanimu, oke?" ucap Gulf yang mulai bangkit dari posisinya berbaring.
"Gulf." Mew memeluk Gulf erat, mengusap kepala pria manis itu dengan penuh ketulusan. Mew tau, Gulf sangat mengkhawatirkannya. Tapi Gulf akan bekerja lebih keras disiang hari, menjaga Alex yang aktif bukan hal yang mudah. Mew tidak ingin Gulf kekurangan istirahat.
"Aku perlu kau sebagai sumber kebahagiaanku, kau tidak boleh sampai jatuh sakit karena terlalu sering menemaniku bergadang. Jangan membuatku merasa bersalah, oke?"
"Baiklah, cepat tidur setelah kau selesai." Gulf akhirnya mengalah dan membiarkan Mew memberinya ciuman hangat sebelum meninggalkan kamar.
Hal seperti ini yang paling Gulf tidak suka, pekerjaan Mew yang terlalu berat terkadang menguras banyak waktu dan tak jarang akan menyita kesempatan kebersamaan mereka. Diluar daripada itu, Gulf juga tau bahwa Mew memiliki tanggungjawab yang besar terhadap kekuasaan yang ia punya. Gulf hanya bisa mendoakan segala yang terbaik, agar keluarga kecilnya tetap bahagia. Tak masalah meskipun kebahagiaan itu sederhana, yang penting mampu bertahan selamanya.
Tok tok tok
Gulf yang baru akan terlelap kembali terhalau karena ketukan pintu. Alex membuka pintu perlahan dan memperhatikan Gulf sejenak, bocah dengan piama berwarna maroon itu memasang wajah yang amat sedih. Gulf bahkan tak pernah melihat Alex sesedih ini, apa Alex sedang mengigau?
"Papa, apa papa sudah tidur?" tanya Alex seraya menghampiri Gulf dengan langkah kecilnya.
"Belum, sayang. Kenapa?" tanya Gulf.
"Dimana daddy?" tanya bocah yang kini telah berhasil naik keatas kasur tempat Gulf berbaring.
Entah kenapa Alex tiba-tiba berbaring dibelakang Gulf dan memeluk Gulf dengan sangat erat.
"Alex kenapa sayang? Kenapa bangun?"
"Alex tidak bisa tidur karena boneka loket Alex tidak ada. Alex tidak ada yang dipeluk, papa." keluh bocah itu dengan suara yang lirih.
"Kenapa bisa tidak ada?"
"Alex tidak tau, kema-rin ada. Sekarang tidak ada."
"Papa kan sudah bilang, bonekanya jangan diseret, jangan dilempar jangan diinjak. Alex tidak mendengarkan papa."
"Tidak apa-apa, nanti beli lagi. Sekarang, peluk papa saja lebih nyaman." ucap Alex seolah keadaan telah membaik baginya.
"Tapi Alex baru membeli boneka yang sama beberapa hari yang lalu, dan sekarang hilang lagi."
"Papa, daddy bilang tidak apa-apa. Jika hilang tidak usah dicari, nanti Alex lelah. Lebih baik beli yang baru lagi."
"Maka dari itu, kalau Alex punya sesuatu lebih baik disayangi sepenuh hati ya sayang."
"Seperti Alex menyayangi papa dan daddy?" Alex memilih untuk duduk dan menatap wajah Gulf, sepertinya kesedihan sudah pergi darinya.
"Kenapa Alex bangun? Ayo berbaring lagi, papa akan memeluk Alex sampai tidur."
Alex menggeleng. "Alex tidak mengantuk lagi, papa. Boleh melihat daddy? Alex ingin."
"Boleh, ayo." ajak Gulf. Gulf menuruti keinginan Alex, keduanya berjalanan beriringan dengan Alex yang menggenggam jari telunjuk Gulf.
Di balik celah akibat pintu yang hanya dibuka sedikit, Alex dan Gulf mengintip Mew yang terlihat menatap layar komputer dengan mata lelah.
"Papa, kenapa daddy bekerja malam-malam?" tanya Alex yang menatap wajah Gulf.
"Karena itu kewajiban daddy, daddy bekerja dengan sangat keras kan?" ujar Gulf.
Alex mengangguk, "kenapa?"
"Karena daddy harus mencukupi kebutuhan kita, agar Alex dan papa bisa hidup dengan nyaman."
"Untuk membayar Si-ri?"
"Iya," jawab Gulf seraya mengangguk.
"Untuk membeli roket Alex juga?"
"Iya, sayang." sahut Gulf yang tersenyum seraya mengusap kepala putranya.
"Papa, boleh kita buat susu hangat untuk daddy?"
Gulf tersenyum, "boleh sekali." Sekeras kepala apapun Alex, dia tetaplah anak terbaik dengan rasa peduli paling tinggi untuk orangtuanya.
"Hai, daddy. Alex dan papa datang, kami bawa susu hangat loh untuk daddy." Dua orang yang paling berharga didalam hidup Mew itu kembali membuka pintu dengan membawa segelas susu, persis seperti rencana yang Alex rancang.
"Kenapa kalian kesini?" tanya Mew setelah menerima gelas yang diberikan Gulf. Mew kemudian mengecup kening Gulf dan segera menghampiri Alex untuk menggendong putra kecilnya itu.
"Gulf, kenapa kalian belum tidur?"
"Alex ingin membuat susu hangat untuk daddy," sahut Gulf seraya memeluk Mew yang menggendong Alex.
"Daddy, besok beli boneka roket boleh? Milik Alex sudah hilang, janji tidak akan hilang lagi jika besok beli lagi."
"Boleh, sayang. Apa yang tidak boleh untuk putra kesayangannya daddy?"
"Daddy maaf karena mainan Alex selalu hilang dan ru-sak, Alex tidak akan ulangi lagi."
Mew dan Gulf hanya tersenyum menanggapi perkataan Alex, tidakkah putra mereka terlihat lebih bijak sekarang?
Setelah jeda untu perbincangan mereka yang singkat, Mew kembali fokus pada pekerjaannya. Tapi fokusnya tak bisa terkendali seratus persen karena Alex yang tertidur dengan lelap dipangkuan Gulf, pun dengan Gulf yang ikut serta tertidur diatas sofa sambil memegang kepala Alex.
Senyum tipis kembali terukir di wajah Mew, keluarga kecilnya sangat manis. Tak sangka rantai menyeramkan yang mencekik mereka telah terlepas, mereka berhasil bertahan sejauh ini. Cinta mereka bahkan lebih kuat jika dibandingkan dengan pemecah ombak.
Mew mematikan komputernya, perlahan ia bergerak untuk mengangkat Alex, memindahkan putranya kedalam kamar agar dapat tidur dengan lebih nyaman. Misi selanjutnya adalah mengangkat Gulf.
Gulf terbangun dalam gendongan Mew saat mereka hampir sampai, sebenarnya Gulf meminta diturunkan saja. Tapi Mew menolak dengan alasan tujuan mereka sudah dekat.
Gulf langsung memeluk Mew ketika mereka berbaring di ranjang, malam-malam seperti ini akan sangat dirindukan oleh Gulf jika Mew pergi ke luar kota nanti. Ya, meskipun itu hanya tiga hari.
Thanks for reading. Jangan lupa VOTE!

KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
ФанфикAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...