"Halo, Gulf. Mew memintaku untuk menjemput Art dibandara malam ini, bagaimana?" tanya Mild dibalik panggilan.
Gulf tersenyum. "Tolak, buat Mew menjemputnya sendiri."
Gulf segera membawa buah yang telah ia kupas keruang tengah, tempat Mew, Bright serta Alex dan Ghina mengobrol.
Alex bilang Ghina sakit karena terjatuh, nyatanya gadis itu bahkan tidak lecet sedikitpun.
Gulf duduk disamping Mew, sampai saat ia menerima panggilan dari orang yang sama, Mild.
"Gulf, aku mengangkat telpon sebentar. Ini dari Mild," ucap Mew yang langsung keluar setelah Gulf tersenyum dan mengangguk.
"Hai, Win. Terimakasih tehnya," ucap Gulf saat Win datang dengan beberapa cangkir teh.
"Aw, kau membawa buah bahkan mengupasnya untuk semua orang. Kau membuatku merasa tidak enak sebagai tuan rumah." sahut Win.
"Halo, Mild?"
"Mew, maaf. Aku tidak bisa menjemput bocah itu, aku ada kesibukan mendadak."
"Kesibukan apa? Tidak bisa meluangkan sebentar sebelum pergi?"
"Maaf, Mew. Tapi aku harus pergi sekarang."
Mew mengusap wajahnya gusar setelah Mild mengakhiri panggilan, sekarang bagaimana dengan Art?
"Gulf," ucap Mew lagi setelah kembali ke ruangan tempat semua orang berkumpul.
"Hm?" sahut Gulf yang meminum teh nya.
"Aku perlu keluar sebentar, nanti aku akan kembali. Hanya tiga puluh menit," pinta Mew.
"Iya? Ingin kemana?," ucap Gulf dengan senyum diwajahnya.
"Hanya keperluan kantor, sedikit dokumen."
Gulf mengangguk dan tersenyum, "teruslah berbohong Mew." batin Gulf.
"Ghina, a!" sela Alex yang mengalihkan perhatian Gulf setelah kepergian Mew.
Ghina menggeleng kuat seraya menutup mulutnya rapat-rapat, "tidak ingin. Tidak suka itu!"
"A dulu!" paksa Alex seraya menarik tangan Ghina yang berusaha keras untuk menyegel mulutnya.
"Itu tidak enak!" protes Ghina.
"Enak!"
"Tidak!"
"A cepat!"
"Alex," sela Gulf seraya menghampiri keduanya yang kini tengah duduk di lantai. "Ghina kan tidak suka apel, lebih baik tanya pada Ghina apa yang Ghina suka dulu daripada memaksa Ghina."
Bibir mungil Alex cemberut, bagaimana mungkin apa yang sudah dipilihkan oleh Alex akan tidak disukai oleh Ghina?
"Yasudah, Ghina suka apa?" tanya Alex pasrah dan penuh kecewa.
Setelah menunggu sekian lama, siapa sangka Ghina justru menunjuk pipi Alex yang sontak membuat Alex marah. "Alex tidak bisa dimakan, Ghina!"
"Tapi, tapi pipi Alex seperti melon." ejek Ghina. Biasanya bocah jail itu selalu membuat Ghina menangis, apa salahnya membuat sedikit balasan?
"Alex tidak suka melon, semangka lebih bagus! Alex adalah semangka!" ucap Alex penuh rasa bangga.
"Tidak!" sela Ghina seraya menggeleng tegas. "Alex itu melon, melon hijau!"
"Kalian bukan buah-buahan," sela Win.
"Ghina yang hijau! Hulk!" tegas Alex seraya menunjuk Ghina.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
FanfictionAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...