Alex mencari ke segala arah, tapi bocah itu tak menemukan keberadaan Sinta, wanita tua yang biasanya akan langsung memeluk dirinya ketika berjumpa. "Ico, dimana Ita?"
"Dikamar mungkin," sahut Rico. Alex langsung melarikan diri dari pangkuan Rico, bocah itu kemudian berlari menaiki tangga untuk mencari keberadaan neneknya.
Rico mengusap punggung tangan Gulf setelah kepergian Alex. "Kasihannya menantu kesayanganku ini, jangan terlalu lelah. Ayah tau Gulf khawatir pada Alex, tapi jangan sampai Gulf kelelahan."
Awalnya Gulf ingin mencegah Alex, takut bocah itu akan mengganggu. Tapi Rico mencegahnya, Rico paham bahwa merawat anak tidak semudah yang dipikirkan. Gulf setidaknya perlu sedikit waktu untuk beristirahat, itulah kenapa Rico meminta Gulf untuk membiarkan Alex. Senakal apapun Alex, ia tidak mungkin membakar rumah ini.
"Meski bagaimanapun sikap Mew terhadap Gulf, seburuk apapun itu. Tolong dimaafkan, ya." Entah kenapa Rico menjadi sangat ingin untuk menyampaikan isi hatinya pada Gulf
"Mew memang masih sedikit kekanak-kanakan, itu karena ayah kurang memperhatikannya ketika Mew masih remaja. Ayah juga minta maaf karena Mew mungkin melakukan hal-hal yang membuat Gulf kecewa dan sakit hati, terimakasih karena Gulf sudah mau menjadi bagian dari keluarga ini."
Tiba-tiba saja suasana menjadi begitu hangat untuk Gulf, air mata pria itu hampir terjatuh. "Ayah," lirih Gulf. Seandainya saja Rico tau bagaimana cara Gulf memperlakukan Mew, apakah Rico akan tetap memperlakukan Gulf dengan sebaik ini?
"Mew terkadang memang keras kepala, Ayah juga tidak mengira kalau dia bisa jatuh cinta, menikah dan memiliki anak. Ayah kira dia hanya bermain-main ketika mengatakan bahwa dia akan menikahi calonnya sendiri, tapi tiba-tiba dia membawa Gulf. Ayah menamparnya waktu itu." Rico terduduk seraya tersenyum kecut, sepertinya pria tua itu tengah menyadari sesuatu.
"Mew menjaga Gulf dengan baik dulu, ayah pikir Mew hanya melakukannya karena ayah melihat. Tapi ayah sering melihat Gulf melakukan hal-hal kecil untuk memperhatikan Mew, Mew juga sebaliknya. Ayah pernah melihat kalian bertengkar, ayah tidak tau masalahnya apa. Sepertinya Mew sangat merasa bersalah sampai harus minta maaf sambil menangis, saat itu entah kenapa ayah merasa bangga sekali pada Mew. Sampai saat Gulf mengandung, Mew sangat senang. Apapun itu, Gulf. Ayah sangat berterimakasih, Gulf sudah membuat Mew menjadi orang yang lebih baik. Ayah harap keluarga kalian baik-baik saja."
Gulf membeku ditempatnya, Rico sungguh mengira bahwa Gulf memiliki pengaruh sebesar itu dalam hidup putranya? Padahal kenyataannya, Gulf tidak sebaik itu untuk dibanggakan.
"Ayah, Gulf yang harus berterimakasih. Karena keluarga ini sudah menerima Gulf dengan baik, padahal keluarga ini tidak tau asal usul Gulf."
"Ah, lupakan. Selama itu untuk kebahagiaan anak-anak ayah, ayah akan mendukung penuh."
"Ayah, Gulf titip Alex sebentar. Gulf harus mengambil sesuatu di kamar Mew," ucap Gulf. Sudah jelas niatnya berkunjung adalah untuk mengambil barang bukti, mungkin Gulf tidak akan bisa melengkapi data itu sekarang. Tapi jika tidak dicicil, ia akan berada di pihak Mew lebih lama.
"Mengambil apa? Perlu ayah minta Fa untuk membangun?"
"Tidak, yah. Gulf bisa sendiri, hanya beberapa lembar dokumen."
"Baiklah, kalau perlu bantuan langsung panggil ayah."
Gulf tersenyum dan segera meninggalkan Rico, langkahnya untuk mengambil berkas diiringi oleh kegelapan. Bentuk balas dendam yang begitu jahat akan segera dilancarkan oleh Gulf, keinginannya untuk membuat Mew berada di titik paling buruk akan segera terwujud.
"Ico!" teriak Alex dengan sebuah puzzle ditangannya. "Ico, Alex ingin main ini. Tapi sulit dan Alex tidak bisa memasangnya," keluh Alex.
"Waduh, Ico juga tidak bisa. Alex ajak Fa saja," ucap Rico.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
FanficAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...