Ditengah ruang keluarga yang luas, Gulf tengah berbaring dengan paha Mew sebagai bantalnya. Pasangan itu tampak tenang, sesekali Mew mengambil potongan buah untuk menyuapi Gulf yang asik menonton televisi.
Terkecuali Alex, bocah itu satu-satunya yang sibuk mengelilingi seisi rumah untuk mencari keberadaan Siri dan yang lainnya.
Sebelumnya Mew dan Gulf sudah mengatakan bahwa hanya tersisa mereka di rumah ini, mau tidak mau mereka harus saling menjaga satu sama lain karena mulai sekarang tidak ada lagi orang-orang bayaran yang akan menjaga ataupun membantu Alex selain papa dan daddy.
Tapi bocah itu tidak menggubris dan menganggap bahwa Gulf dan Mew hanya bercanda, demi memastikan bahwa firasatnya benar, jadilah Alex mengelilingi rumah hingga letih.
Bocah itu membuang nafas kasar sambil menyeret boneka roket miliknya, keputusan terakhirnya setelah kakinya pegal hanyalah bergabung untuk duduk dan menonton televisi bersama dengan Mew dan Gulf.
"Sudah lelah mencari?" ejek Mew yang kemudian hanya dibalas dengan lirikan malas oleh Alex.
"Kasihan anak papa, sini sayang." Gulf bangun dari tempatnya berbaring dan segera duduk lalu menarik Alex kedalam pangkuannya.
"Papa, Siri kemana?" keluh Alex yang mulai frustasi.
"Daddy dan papa sudah bilang kalau Siri tidak bekerja lagi, Siri sedang mengurus anak lain yang lebih mandiri daripada Alex." ejek Mew.
"Daddy!"
"Tidak, sayang. Alex anak yang baik kan? Siri tidak meninggalkan Alex karena nakal, tapi Siri memang sudah tidak bekerja dirumah ini dulu. Kenapa coba?" tanya Gulf.
"Karena Alex harus belajar mandiri?" sahut Alex seraya tertunduk dengan jemari yang terus mencubit boneka roket yang ia pegang.
"Hah? Alex, coba bilang lagi!"
"Alex harus belajar mandiri, papa."
"Katakan sekali lagi ..."
"Gulf, kenapa meminta Alex mengulanginya terus? Dia sudah tau apa yang harus ...."
"Bukan, Mew!" sela Gulf pada Mew yang memintanya berhenti. "Alex sayang coba katakan sekali lagi, sekali lagi saja!"
"Karena, Alex akan belajar mandiri dan tidak boleh membuat orang lain repot."
"Mew Mew Mew, dengar tidak?" tanya Gulf dengan antusias sambil mengguncang bahu Mew.
"Dengar, Alex bilang dia akan belajar mandiri kan?"
"Alex bisa menyebut huruf r!" ujar Gulf dengan sedikit melirik tajam kearah Mew. Bagaimana bisa suaminya itu tidak menyadari perubahan besar pada gaya bicara putra mereka?
Mew menatap Alex sejenak, "apa itu permanen?" tanya Mew yang sontak saja Gulf langsung memukul bahunya.
"Aku hanya bertanya Gulf, dulu Alex juga pernah benar menyebutnya. Tapi itu tidak bertahan lama."
"Ck," keluh Gulf pada Mew. Respon dari Mew membuat Gulf kecewa, lebih baik Mew memberikan apresiasi pada pencapaian Alex yang sekalipun sangat kecil dan bukan malah terlihat seperti meragukan Alex. Jika begini Gulf akan mengira bahwa Mew tidak perduli pada Alex.
"Alex, sayang. Coba katakan, ular melingkar diatas pagar." ucap Gulf seraya memegang dada Alex yang masih duduk didalam pangkuannya.
"U-lar me-ling-kar di-atas pa-gar," ucap Alex dengan sangat pelan dan hati-hati.
"Neh, apa kau dengar itu?" ucap Gulf lagi seraya menyombongkan kebisaan Alex pada Mew.
"Kalau begitu ayo kita rayakan, penghargaan untuk jagoan daddy yang pandai." Mew tiba-tiba bangkit dan segera menggendong Alex, kebersamaa yang sederhana didalam keluarga itu selalu berhasil mencetak kebahagiaan dan tawa yang tulus.

KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI2
Hayran KurguAku pernah terpuruk dalam kegelapan, lalu kau hadir sebagai lilin dengan setitik cahaya, rela terbakar hanya untuk menerangi jalanku. Entah aku bodoh atau kau yang terlalui cerdas, aku menerimamu dan menggenggammu - lilinku, dengan sangat erat. Terl...