53

1.7K 206 118
                                    

Mew mengerjapkan matanya perlahan, kepalanya begitu sakit hingga ia seperti tak mampu untuk sekedar berdiri.

"Phi, sudah bangun?" tanya Art yang setelah menaruh secangkir kopi dimeja.

"Phi sangat pusing Art, kenapa phi ada di sini?" tanya Mew yang berusaha untuk bangun.

"Phi lupa? Phi yang datang kesini kemarin." ucap Art santai. "Nah," sambungnya seraya menyerahkan cincin pernikahan yang telah Gulf jatuhkan kelantai sebelumnya.

"Gulf?" gumam Mew yang seolah-olah baru sadar bahwa dia hidup.

"Phi Miu," cegah Art saat pria itu akan segera pergi.

"Art, aku harus segera pergi."

"Em, setidaknya minum kopinya dulu." pinta Art seraya memeluk lengan Mew.

Mew melepaskan lengannya dari dekapan Art. "Art, berhenti membuat kopi. Aku tidak suka, aku akan pulang. Lebih baik kau persiapkan diri dan pergi ke kantor, powerpoint milikmu belum selesai kan? Dua hari lagi itu akan dimulai."

"Phi Miu," ucap Art manja namun dengan wajah datar saat Mew membelakanginya dan segera pergi.

"Ck!" decak Art karena kopi buatannya tak tersentuh. Ia kemudian berjalan malas ke arah smartphonenya.

"Halo? Dia tidak meminum kopinya," keluh Art pada seseorang di telepon.

"Lagi? Kau yang bodoh, itu saja tidak bisa."

"Kenapa harus kopi? Kau tau dia tidak suka kopi, tidak bisa diganti teh saja? Na?" rengek Art.

"Tidak, itu akan lambat. Apa lagi yang kau punya? Hanya itu?"

"Ck! Em ... tidak, mereka berkelahi tadi malam. Gulf melepaskan cincin pernikahan mereka dan meminta Mew menceraikannya," jelas Art yang kini tengah duduk disudut kasur seraya menatap kearah luar.

"Lalu?"

"Huft, Gulf cuma bilang kalau dia akan membawa Alex sampai pengadilan memutuskan hak asuh. Lagipula Mew tidak mengiyakan keinginan Gulf, Mew marah dan meminta semua orang menutup akses keluar kota untuknya."

"Sial," desis wanita itu. "Itu karena kau tidak mengikuti arahan ku! Karena dia sudah jauh dari Gulf, artinya kau sudah lebih leluasa untuk mengendalikannya."

"Tunggu," sela Art saat wanita itu akan mengakhiri panggilan. "Kau bilang itu tidak berbahaya, kenapa Mew sering sakit kepala?"

"Itu hanya efek kecil, tidak akan membunuhnya dalam waktu yang dekat."

"Hah?! Apa maksudmu itu bisa menghilangkan nyawa? Halo?! Halo?! Ck!"

Art melirik cangkir kopi yang ia letakkan diatas meja sebelumnya, "apa aku menyakiti phi Miu selama ini?" tanyanya khawatir entah pada siapa.

***
Mew pulang dalam keadaan tidak sehat, langkahnya begitu lesu dan penampilan tidak serapi biasanya. Ia bahkan mengabaikan Rom juga pelayan lain yang menyapanya.

"Gulf," lirih Mew setelah ia berbaring di kasur dan memejamkan matanya sejenak.

Merasa tak ada jawaban, Mew akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar lain. Tapi kamar Alex dalam keadaan kosong saat itu, begitu juga dengan kamar yang lainnya.

IGNITI2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang