45

1.3K 183 51
                                    

Gulf menarik nafas panjang, mencoba untuk menenangkan dirinya.

Ia kemudian mengambil smartphone miliknya dan segera menghubungi Win, sahabatnya itu mungkin akan menjemput putrinya.

"Halo? Win?"

"Ada apa Gulf? Aku sedang menyetir."

"Kau akan menjemput Ghina?"

"Iya, aku sedang dalam perjalanan."

"Tolong jemput Alex untukku, aku menitipkan Alex padamu sampai aku menjemputnya. Aku punya urusan yang sangat mendesak, ayah mertuaku baru saja meninggal. Aku ...."

"Gulf?" ucap Win lirih saat Gulf tertahan dalam ucapannya. "Aku turut berdukacita. Jangan khawatirkan Alex, aku bersumpah akan menjaganya. Tabah lah Gulf, aku akan mendoakan yang terbaik untuk kalian."

"Terimakasih banyak, Win. Aku akan tutup telponnya."

Gulf memijat keningnya sekilas, ia tak boleh menangis. Gulf mungkin sangat terluka, tapi Mew pasti sangat hancur. Jika Gulf menagis bagaimana ia bisa menenangkan Mew nanti?

"Rom, bisa antar aku ke kantor Mew?"

Rom menggeleng, "biar saya yang memberitahu tuan Mew lewat telpon."

"Jangan," sela Gulf lirih. Ia bahkan tak mampu lagi untuk meninggikan suara. "Mew tidak boleh menyetir sendirian setelah mendengar kabar buruk."

Rom akhirnya mengangguk, dan bergerak cepat untuk segera menyiapkan mobil.

Diruang kerjanya, Mew tengah tertawa kecil saat berbicara dengan seseorang dibalik panggilan. Namun kehadiran Gulf yang secara tiba-tiba dengan raut wajah yang seolah dipaksakan untuk tersenyum membuat Mew kaget hingga mengakhiri panggilan dengan cepat.

"Gulf?" sapa Mew dengan senyumnya.

"Mew, apa kau sibuk?" tanya Gulf dengan suara bergetar. Pria itu mati-matian untuk menahan kesedihannya.

Mew menggeleng seraya tersenyum, "tidak sayang. Aku baru akan pulang setelah mengakhiri panggilan, apa kau datang untuk menjemputku? Hm?" goda Mew.

Gulf mengangguk, "bisakah kita pergi sekarang?"

"Tentu," sahut Mew yang seketika langsung menggandeng tangan Gulf.

Mew terkejut ketika Rom ada tepat di depan perusahaan dan langsung membukakan pintu untuk mereka.

Disepanjang jalan, Gulf hanya diam sambil sesekali memaksakan senyum diwajahnya untuk menanggapi ucapan Mew.

Karangan bunga ucapan dukacita berjajar dihalaman rumah sakit hingga ke pintu utama ruang ICU, awalnya Mew bingung kenapa Rom malah menuju ke rumah sakit dan bukannya pulang.

Kebingungannya semakin kacau saat Mew membaca karangan bunga yang ukurannya paling besar, "selamat jalan Rico Suppasit?" batin Mew.

"Gulf ada apa ini?" tanya Mew yang tiba-tiba memberhentikan langkahnya begitu mereka ada di koridor rumah sakit. Pria itu seketika melepaskan genggaman tangan Gulf dengan kasar.

Gulf masih diam tertunduk, sangat sulit untuk mengatakan pada Mew tentang apa yang terjadi.

"Gulf! Jawab aku! Kenapa banyak karangan bunga?! Apa maksudnya?!"

"Ayah sudah pergi Mew," ucap Gulf pelan.

Mew mengerutkan keningnya tidak percaya, laki-laki itu kemudian tertawa pelan. "Pergi apa? Kemana?"

"Ayah sudah meninggal, tadi pagi ...."

Senyum Mew memudar, jika kalian berdiri di posisi Mew apa kalian akan mempercayai ucapan Gulf?

IGNITI2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang