"Sekali lagi terimakasih banyak Nona, apakah anda ingin mampir ke dalam?"
Andina menatap Savera dengan antisipasi, selama perjalanan ia banyak mengobrol dengan Savera. Ia merasa nyaman saat didekatnya.
"Tidak perlu, mungkin lain kali," Tolak Savera halus, Andina mendesah kecewa, tentu saja ia sedikit kesal karena tak bisa menikmati lebih banyak waktu dengan penolongnya.
"Astaga aku bodoh sekali," Andina menepuk dahinya pelan lalu menatap Savera, "Dari awal aku belum mengetahui nama anda!"
Savera terkekeh kecil melihat tingkah gadis muda di sampingnya, "Saya Savera, anda bisa memanggil saya Vera."
"... Bibi Vera?"
"Saya tidak setua itu, panggil saja kak Vera, saya hanya lebih tua beberapa tahun dari anda." Savera mencebikkan bibirnya kesal, ia menatap Andina dengan tajam.
Ia heran, apakah Andina tidak bisa melihat wajah mudanya berkat bantuan perawatan dan yang paling penting wajah bayinya?
"Eh, baiklah. Kakak bisakah aku meminjam ponselmu?" Savera mengangkat alis sambil menyodorkan ponsel.
Andina mengotak-atik ponsel Savera sebentar lalu mengembalikannya. Dengan ragu Savera mengambilnya, ia melihat ke arah layar.
"Andina?" Gumamnya perlahan. Di sana terpampang nomor kontak atas nama Andina.
"Kakak bisa meneleponku kalau sedang merindukanku, jangan malu aku tau aku itu susah untuk dilupakan." Ucap Andina sambil mengibaskan rambutnya.
Savera yang mendengar ucapan Andina berusaha menahan senyumnya yang hampir terpatri. Ia merasa kesan pertama saat bertemu Andina dan sekarang benar-benar berbeda.
"Hahaha! Kamu begitu narsis." Tawa Savera pecah, ia menutupi mulutnya dengan sebelah tangan.
"Aku masuk dulu. Kak Vera bisa mampir kapanpun kakak mau, rumahku selalu terbuka untukmu." Andina tersenyum menatap Savera dengan gigi putihnya yang terlihat berjejer rapi.
"Baik." Savera mengangguk singkat.
Andina segera keluar dari mobil, senyum tak lepas dari bibir merah mudanya. Savera tetap memperhatikan Andina sampai tubuhnya menghilang ditelan pagar rumahnya yang tinggi.
Savera tidak menjalankan mobilnya, ia malah mengambil ponselnya dan membuka salah satu nomor kontak yang sedari tadi ingin ia hubungi.
Beberapa saat menunggu, suara seseorang dari seberang telepon menjawab.
"Ya Nyonya ada yang bisa saya bantu?" Suara laki-laki terdengar, suaranya terdengar ramah dan bersahabat.
"Pengacara Joseph, bisakah saya bertemu denganmu sekarang?"
"Maaf sekali, saya sedang diluar kota saat ini. Mungkin besok atau lusa saya baru kembali."
"Ah, nanti kalau anda sudah kembali kesini tolong kabari saya. Ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Holy
General FictionSavera Clearista, seorang wanita karir sekaligus pengusaha sukses. Menjadi salah satu wanita yang duduk di puncak kekuasaan dunia bisnis. Ia memiliki semuanya; harta, tahta. Apalagi yang ia butuhkan? Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ia ha...