29

6.5K 503 3
                                    

"Kakak kenapa Tante tidak kembali? Kita sudah menunggu Tante lumayan lama," Nata menghela nafas berat, sinar matahari kini sudah beranjak dari tempat tidurnya.

Mau tidak mau Nata gelisah jika memikirkan ibunya yang akan marah besar saat mengetahui ia dan kakaknya belum bersiap-siap untuk pergi sekolah.

Walaupun Ayahnya mengajukan cuti kerja selama beberapa hari tapi tidak dengannya dan Citra yang harus tetap sekolah walaupun sekolahannya lumayan jauh dari sini. Kalau bukan karena Ayahnya yang ngotot ingin bertemu Tantenya yang katanya masuk rumah sakit itu, ia tidak akan ada di sini sekarang.

Awalnya ia dan kakaknya akan ditinggal karena memikirkan bahwa mereka masih bersekolah, tapi dengan janji-janji manis akhirnya mereka dibolehkan ikut.

"Apakah kita tidak bisa pulang dulu? Mami pasti mencari kami, Kak. Aku dan Kak Citra harus bersiap-siap sekolah."

Jangankan Nata, Galang juga resah. Namun dengan alasan yang berbeda, Galang memikirkan apakah terjadi sesuatu dengan ibunya itu? Apakah ibunya kesulitan?

Bukan sekali dua kali ibunya pergi membeli minum, tapi biasanya tidak akan pernah selama ini. Galang khawatir jika terjadi sesuatu pada wanita itu.

"Kakak, ayo pulang. Aku sudah lapar," Citra merengek sambil menggoyangkan lengan Galang yang masih berdiri tegak dengan pikiran yang melayang jauh.

"Diamlah kalian berdua," Nada dingin yang sudah lama tidak Galang keluarkan itu, ia tampilkan tanpa sadar.

Kedua bocah itu akhirnya duduk diam tidak akan mengganggu Galang lagi. Kini kedua bocah itu malah asik berbisik ria tak menghiraukan Galang.

"Ah, aku capek mau bobo aja!"

"Ssttt, kakak jangan teriak nanti dimarahin Kak Galang tau rasa."

Citra menutup mulutnya, ia semakin mendekati adik laki-lakinya dan berbisik lebih pelan, "Kalau kita kabur aja gimana? Dari pada diomelin Mami."

Nata mengangguk, mulai mempertimbangkan saran yang biasanya akan selalu absurd jika kakaknya yang mengucapkan. Tapi entah angin dari mana, kali ini ucapan kakaknya itu terdengar lumayan masuk akal.

"Kita kaburnya mau lari atau jalan?"

Citra menepuk dahinya, "Aku kira kamu pandai ternyata masih bodoh, namanya kabur pasti lari!"

"Tapi, nanti ketahuan kak Galang kalau kita lari."

"Aku dengar apa yang kalian rencanakan bocah," Ujar Galang dengan wajah datarnya.

Citra dan Nata saling pandang, mereka berdua yang sedang berjongkok berdempetan melihat ke arah Galang yang hanya berjarak 2 langkah dari mereka berdua.

"Sepertinya kita berdua bodoh Kak."

Citra mendelik saat kalimat itu terlontar dari bibir mungil adik laki-lakinya. Sepertinya kepintaran yang selalu menjadi titel adiknya itu hanya bertahan sementara. Kadang hadir kadang juga hilang.

"Aaa! Maafkan Tante, kalian pasti menunggu lama ya?!"

"Tante dari mana aja sih. Nanti kalo aku sama kakak diomelin Mami, tante yang tanggung jawab ya. Kalo bukan karena tante kami pasti udah di rumah, udah sarapan!"

"Heh bocah!"

Galang yang geram dengan ucapan Citra kini mendekati bocah bermulut serampangan itu. Enak saja bocah itu seenak jidat menyalahkan ibunya, siapa suruh mereka ikut olahraga dengan mereka. Lagipula ia tidak memaksa mereka ikut, tapi mereka saja yang memang mau ikut.

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang