41

6.4K 475 0
                                    

Halo para readers

Gimana pagi hari ini udah pada makan? Harusnya udah

Author mau mengucapkan minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin( ͡°❥ ͡°)

.
.
.

Pagi-pagi buta Arsenio harus meninggalkan wanitanya yang kini sudah terbalut gaun biru selutut dan tengah bergelung dibawah selimut tebal. Pergerakannya selama setengah jam ini bahkan tidak membangunkan Savera, ia yakin bahkan jika gempa terjadi pun wanita itu tak akan bangun.

Dan ia yakin, Savera akan kaget luar biasa setelah pergulatan panas mereka berdua semalam. Yah itupun kalau Savera ingat, dan itu adalah hukuman bagi Savera karena telah membuat ia kesal dan hampir serangan jantung saat mengetahui bahwa wanitanya tak ada di rumah utama Pradana.

Tok! Tok!

“Ayo pergi, Arsen. Jika kamu berlama-lama lagi Pradana Group akan benar-benar jatuh ke tangan orang lain.”

Arsenio kembali menghembuskan nafas lelah, ia kembali melihat Savera sekali lagi sebelum menghampiri Nicolas yang ada di balik pintu. Kini, bukan waktunya dirinya ber leha-leha.

Akibat berita kemarin membuat saham Pradana Group turun drastis, dan ia sudah mendapatkan cap menjadi laki-laki hidung belang yang tidak cukup satu wanita.

Gara-gara berita sialan itu perusahaan keluarganya harus menghadapi masalah besar. Ia berjanji tidak akan membiarkan orang yang berusaha mengguncang perusahaannya dan berani-beraninya mengusik ketenangan istrinya.

Tapi, ia juga harus berterimakasih, karenanya ia sudah melewati malam panas bersama dengan wanitanya.

Ah, biar ia pikirkan lagi apa yang akan ia lakukan nanti saat bertemu.

°°°

“Dasar wanita jalang, liat aja kalo sampai dia datang ke salonku aku akan membuat rambutnya botak seketika!” ujar Selena dengan amarah yang menggebu-gebu.

“Aku setuju, kalau sampai ia masuk ke pergaulan sosialita, aku akan membuatnya merasakan hal yang lebih buruk dari pada neraka!” imbuh Liliana.

“Entahlah ucapan itu bisa dipercaya atau tidak.” ucapan Fabella seolah meremehkan kemampuan Selena dan Liliana.

Dua orang kaum sosialita itu nampak egonya begitu tersentil saat Fabella berkata demikian. Secepat kilat Selena dan Liliana memegang handphone mereka masing-masing dan menghubungi beberapa orang yang Savera tak tau siapa yang dihubungi.

Fabella yang rencananya berjalan lancar diam-diam tersenyum senang. Tak sulit untuk menjadi manipulatif.

Tak! Tak! Tak!

Suara ketukan high heels dengan lantai membuat kepala Savera semakin pening. Sepertinya ini akibat efek alkohol semalam? Padahal Rasa-rasanya ia hanya minum sedikit.

Lalu, bukankah terakhir kali ia berada di rumah utama Wijaya? Lalu mengapa tiba-tiba sudah kembali lagi ke rumah utama Pradana? Atau jangan-jangan Johannes yang membawanya pulang?

Baiklah saat ini lupakan saja dulu, lain kali Savers pastikan akan bertanya pada Johannes.

Savera akhirnya memandang ke sumber suara, beberapa detik kemudian Tere terlihat setelah hanya ketukan high heels yang terdengar.

“Kamu sudah baikan? Wajahmu terlihat sedikit kuyu.” tanya Tere dengan raut wajah khawatir.

“Aku baik, hanya lelah sedikit.”

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang