“Aduh tampannya anakmu Nyonya Pradana.”
Senyum manis Savera tak bisa ia tahan. Sesekali ia melirik ke arah putranya yang tengah berkumpul dengan Raven dan masih banyak anak muda lainnya.
“Anda pintar sekali memuji ya Nyonya Clare. Nampaknya anda sudah melupakan tragedi terakhir kali.” ujar Selena sinis.
Bagaimana mungkin ia bisa bersikap ramah pada orang yang terakhir kali ikut membuat kekacauan pada urusan rumah tangga temannya? Masih untung hubungan Savera dan Arsenio membaik. Bagaimana kalau hancur?
Dulu Nyonya Clare berada di pihak Quenzi, pelakor yang sayangnya sudah tobat itu. Tapi sekarang berani-beraninya Nyonya Clare menjilat Savera?
Bahkan ia masih ingat bagaimana suara protesan Liliana karena tak dianggap oleh Nyonya Clare. Kalau Liliana mau sudah dipastikan Nyonya Clare akan langsung di kick dalam dunia sosialita.
“Ah anda ternyata sangat pendendam ya Nyonya Selena. Nyonya Pradana bahkan baik-baik saja, tapi mengapa malah anda yang sangat tidak suka?” ujar Nyonya Clare sembari tersenyum miring.
Beberapa detik selanjutnya Nyonya Clare menatap Savera yang tengah mengaduk teh didepannya, “Aku ingin sekali mengenalkan putriku kepadamu Nyonya Pradana. Siapa tau kedua anak kita ternyata berjodoh?”
“Tidak tau diri.” cibir Selena pelan.
“Lalu di mana putrimu Nyonya?” tanya Savera.
Diam-diam tangan Savera menangkup punggung tangan Selena yang saat ini mengepal. Kepalan tangan itu perlahan-lahan mengendur. Ia tak mau terjadi kekacauan hari ini. Karena ini adalah pertemuan pertama sekaligus debut bagi putra semata wayangnya karena berhasil glow up!
Ia akan menunjukkan kepada dunia bahwa putra tercintanya sangat-sangat tampan sampai melebihi Arsenio! Ia akan memastikan bahwa semua gadis akan bertekuk lutut dibawah putranya.
“Sebentar lagi putriku datang Nyonya. Ia sangat mengagumi anda dan Tuan Muda, ia pasti senang kalau bisa bertemu dengan anda.”
“Benarkah?” tanya Savera dengan alis terangkat.
Berpindah ke meja lain, tampak Galang sudah merasa jenuh dengan pertemuan itu. Di otaknya sudah berlalu-lalang bermacan jalan keluar dari sini.
Galang beralih menatap Raven yang tengah merayu seorang gadis yang duduk di samping laki-laki itu. Tidak di rumah tidak di sini kenapa hidupnya hanya sebatas mengamati keromantisan orang lain?
Tapi kalau dalam kasus Raven ini bukan romantis namanya, karena terlihat jelas penolakan sang gadis yang baru ia ketahui bernama Jasmine.
“Kamu kapan sih ngga dingin ke aku?”
Raut wajah jijik kentara di wajah Jasmine, “Pergi. Atau gue tebas kepala lo.”
Raven mengerucutkan bibirnya. Kesal, ia sudah merendahkan harga dirinya demi tunangannya tapi zonk yang ia dapatkan. Entah apa yang akan terjadi kalau sampai pada akhirnya ia menikah dengan Jasmine.
Yah walaupun perjalannya tidaklah mulus setidaknya ia berharap endingnya akan sama baiknya dengan kehidupan orang tua dari laki-laki yang duduk tepat dihadapannya.
“Hai.”
Atensi mereka bertiga teralih. Sontak wajah Raven langsung berubah cengo karena pemandangan dihadapannya. Jasmine yang tak tau apa-apa hanya diam sembari menyimak dan memperhatikan kedua laki-laki di sekitarnya yang tampak mematung memandang gadis yang baru saja datang.
Apakah mereka berdua terpesona oleh gadis itu? Bahkan ia jauh lebih cantik jadi kenapa Raven juga ikut-ikutan? Apakah ia kurang dimata laki-laki itu?
Plak!!
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Holy
General FictionSavera Clearista, seorang wanita karir sekaligus pengusaha sukses. Menjadi salah satu wanita yang duduk di puncak kekuasaan dunia bisnis. Ia memiliki semuanya; harta, tahta. Apalagi yang ia butuhkan? Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ia ha...