14

7.8K 593 7
                                    

Galang melirik sekilas, matanya langsung bersitatap dengan manik mata hitam malam yang persis seperti miliknya. Manik mata yang membuatnya benar-benar membenci dirinya sendiri.

Hanya dirinya dan Tuhan yang tau seberapa bencinya ia saat melihat pantulan dirinya di cermin.

Ia benci dengan segala hal yang berhubungan dengan lelaki di depannya dan wanita itu. Mereka berdua benar-benar tidak pantas disebut sebagai orang tua.

Galang mengepalkan tangannya dengan erat, napasnya memburu, segala emosi yang sudah lama ia kubur dalam-dalam tiba-tiba bangkit kembali.

Galang menutup matanya, ia menarik napas dan membuangnya perlahan. Ia berharap bisa menenangkan detak jantungnya yang saat ini sedang menggila.

"Ayo pergi."

Galang yang mendengar suara berat dan dingin dari arah Arsenio langsung memalingkan wajah.

Dipikirannya hanya ada satu pernyataan, bahwa lelaki itu benar-benar tidak pernah berubah. Dari dulu selalu bersikap seolah-olah seperti gunung es ribuan tahun yang tidak akan pernah bisa mencair.

Galang yakin, orang seperti itu pasti tidak akan pernah merasakan saat-saat dimana mengharapkan cinta dari orang lain. Jangankan mengharapkan, peduli saja mungkin tidak.

°°°

Ponsel hitam di atas nakas berdering, tangan putih lentik milik Savera segera meraih benda yang merusak pagi harinya.

Dengan mata yang masih tertutup, tangannya bergulir mengusap ponsel yang berdering nyaring.

Savera mendengarkan pihak lain yang sedang membuka pembicaraan dengan setengah hati, otaknya bahkan nampak belum berfungsi dengan baik.

"Hari ini saya ada waktu luang Nyonya, hal apa yang ingin anda bicarakan dengan saya?"

Beberapa saat kemudian matanya melotot dengan lebar saat ia mengenali suara orang di seberang telepon.

Joseph!

Pengacara yang sudah ia tunggu-tunggu sedari beberapa hari yang lalu!

Dengan cepat Savera bangun dari tempat tidurnya, ia mengambil sweater dan segera memakainya.

"Anda sekarang ada di mana?" Tanyanya dengan tergesa-gesa.

"Ah.... karena tadi klien saya meminta bertemu di tempat yang sepi, sekarang saya masih ada di pinggir kota."

"Baiklah tolong kirimkan aku alamatnya dan nanti saat dekat sana arahkan aku oke, aku akan segera sampai," Ucap Savera sembari mengambil tas dan berjalan dengan cepat.

"Baik Nyonya, tapi maaf sebelumnya, hal apa yang sebenarnya akan anda bicarakan? Hal penting apa yang membuat anda terdengar sangat tergesa-gesa seperti sekarang?"

Suara di seberang telepon hening sekejap sebelum kembali melanjutkan, "Anda tidak akan membicarakan tentang perc..."

"Nyonya!"

Savera berbalik dan melihat Alex yang menghampirinya dengan tergopoh-gopoh.

"Anda mau kemana?" Alex bertanya dengan tatapan mata yang melihat Savera dari atas ke bawah, "Apakah memang.... Kalau anda belum mandi?"

Savera memiringkan kepala sambil mengedipkan mata, ia ikut memperhatikan tubuhnya yang kini hanya memakai baju tidur dan dibalut sweater warna ungu.

"Halo nyonya?!"

Savera terlonjak kaget saat suara yang berasal dari ponselnya terdengar begitu nyaring.

"Ah iya-iyaa," Savera menjauhkan ponsel dari telinganya terlebih dahulu sebelum kembali menatap Alex, "Paman, aku akan pergi dulu tidak akan lama."

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang