"Ya ampun baru setengah jalan rasanya udah mau mati gue! Lo bayangin deh masa iya dari awal sampe sekarang pengawas gue killer terus!"
Raven melirik malas sahabatnya yang terus menerus mengocah sejak mereka semua tiba di rumahnya. Sesungguhnya saat ini mereka semua tengah bermain berkedok belajar bersama.
"Udah deh lo ngga usah banyak bacod, Dam. Pusing gue dengernya." Tegur Dien yang merasa acara reading book-nya terganggu.
Tok! Tok! Tok!
"Raven, ini Bunda!"
Raven bangkit dari tempat peristirahatannya menuju pintu yang beberapa kali sudah diketuk oleh Ibu surinya.
"Kenapa, Bun? Kok tumben?" Tanya Raven dengan heran.
Sedangkan Liliana malah cengengesan menatap putranya, tak menghiraukan putranya yang tengah menatapnya dengan raut wajah bingung.
"Ini, Bunda mau minta tolong beliin kebutuhan buat makan malem sama cemilan kalian orang."
"Loh, emang mba pada kemana, Bun? Biasanya juga Bunda minta tolong mereka," Melihat ekspresi Liliana yang memelas, Raven hanya bisa menghela nafas pasrah, "Yaudah, mana sini daftar belanjaannya?"
"Udah Bunda kirim ke whatsapp kamu, jangan lupa beli jajan yang banyak ya. Ini uangnya," Ujar Liliana sambil menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Hmm."
Raven kembali menutup pintu kamarnya, ia berganti pakaian sejenak. Setelah itu memandangi temannya satu-persatu.
"Ada yang mau ikut gue ke supermarket ngga?"
"..."
Hening, mereka semua sok sibuk dengan urusan mereka. Padahal Raven tau jika mereka hanya tidak mau menemaninya. Lihat saja mulai saat ini mereka semua ia tandai.
"Yaudah kalau ngga mau ikut."
"Gue ikut."
Baru saja membalikkan badan, Raven langsung tersenyum senang saat salah satu teman barunya yang gemar memakai kacamata itu bersedia ikut dirinya pergi.
"Ahhhh jadi sayang, kuy!"
.
.
.Bosan menunggu serta mengikuti Raven yang kini tengah memilih berbagai macam sayuran. Sungguh, ia jamin jika Raven sama sekali tidak paham soal sayur-sayuran.
Bukannya ia ingin negatif thinking apalagi suudzon, hanya saja secara rasionalitas dan logika mana mungkin orang berandal semacam Raven tau hal-hal begini?
"Udah deh ga usah kelamaan. Masih banyak yang belum dibeli."
"Dari pada lo berisik mending lo nyari barang lain di daftar deh, nanti gue kirimin. Buruan sono!"
Merasa terusir, Galang mendengus jengkel. Beberapa saat kemudian notifikasi berbunyi dari ponselnya. Ia segera membukanya dan terpampanglah daftar belanjaan titipan dari Nyonya Alsace itu.
Galang mengambil keranjang belanja, ia kini berdiri di antara jajaran rak berisi makanan ringan. Biarlah Raven yang mengurus permintaan Ibunya sendiri, dan ia yang akan mengambil semua cemilan yang ia inginkan.
Tengah asik memilih-milih dan terus bergeser, tanpa sadar kakinya menyenggol seonggok daging yang tengah berjongkok hingga terjatuh ke samping.
"Awh, aduh cakit tau. Kakak gimana cih kalau jalan?! Matanya dipake dong jangan cuma pake kaki aja!"
Galang menatap sinis bocah laki-laki yang tengah marah-marah itu. Dalam hati ia mencibir, padahal salah anak itu yang jongkok di depan rak serasa jalan milik sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Holy
General FictionSavera Clearista, seorang wanita karir sekaligus pengusaha sukses. Menjadi salah satu wanita yang duduk di puncak kekuasaan dunia bisnis. Ia memiliki semuanya; harta, tahta. Apalagi yang ia butuhkan? Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ia ha...