48

5.9K 455 13
                                    

Jantung Johannes kembali hampir copot dengan berita yang dibawa oleh bawahannya. Kenapa wanita itu terus membuat hidupnya tidak tenang? Apakah Savera mempunyai dendam kesumat padanya hingga membuatnya terus jantungan?

“Ayo ikut aku Arsen!”

Johannes beranjak dari tempatnya berdiri. Pria tua itu berhenti di depan pintu saat ia menyadari bahwa Arsenio tidak mengikutinya.

Benar-benar lelet!

Apakah Arsenio tidak bisa bergerak dengan cepat?! Apakah ia harus menjelaskan semuanya dahulu baru laki-laki itu mau mengikutinya tanpa banyak kecurigaan.

“Kamu mau ikut atau tidak?” tanya Johannes jengah.

Arsenio menopang dagunya di atas meja, alisnya terangkat seolah mengatakan 'mau ke mana?'. Dan pertanyaan itu yang tertangkap di otak Johannes.

“Istrimu pingsan dan sekarang di rumah sakit.”

“Apa?!!”

Arsenio sontak saja langsung berdiri dari duduknya. Setengah berlari Arsenio melewati Johannes yang malah mematung di tempat, dengan cepat Arsenio menyambar kunci mobil yang ada di meja Nicolas.

“Hei! Tunggu Arsen!!” setengah mati Johannes berusaha mengejar Arsenio yang berlari bak dikejar setan.

Tolonglah ia sudah sepuh, tapi masih harus berlarian bagai anak muda? Tolong ingat kalau Tulang-tulangnya tidak sekuat dulu!

Setelah sampai di dalam mobil, Johannes masih harus menetralkan detak jantung dan pernapasannya yang masih tidak beraturan. Jangan sampai ia mati karena kehabisan napas.

.
.
.

Huek!

“Anda baik-baik saja Tuan Besar?”

Johannes menerima sapu tangan yang diberikan oleh Nicolas. Seharusnya tanpa perlu bertanya Nicolas sudah tau bahwa Johannes tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.

Wajahnya pucat hampir menyamai mayat. Kalau dibilang mabuk kendaraan sudah dipastikan tidak. Johannes takut setengah mati saat menumpang di mobil Arsenio, jika tau cucunya itu akan membawa mobil seperti simulasi masuk neraka ia tidak akan m au menumpang.

Jujur saja selama perjalanan ia terus melafalkan doa-doa agar selamat sampai tujuan. Johannes melirik Arsenio sinis, laki-laki itu memang gila! Sampai-sampai membawa mobil seperti orang kesetanan.

Setelah merasa baikan dan tidak merasa mual lagi, Johannes akhirnya menyusul Arsenio menuju ruang rawat Savera. Ia masih ditemani oleh Nicolas dan anak buahnya yang tadi mengabari dirinya.

“Lantai berapa Tuan?”

Johannes melirik bawahannya, “Lantai 5,” ujar bawahannya menggantikan Johannes.

Nicolas sendiri mengangguk dan memencet tombol lantai agar lift segera bergerak. Baru naik satu lantai lift itu terhenti, bukan karena rusak atau kesalahan teknis akan tetapi mungkin saja di lantai dua ada yang memencet juga.

Akhirnya pintu lift terbuka, orang yang hendak masuk terkejut sekilas sebelum akhirnya mengumbar senyumannya.

“Tumben Kakek dateng?” sindir laki-laki yang baru masuk ke dalam lift.

“Selamat siang, Tuan Krisan.” sapa Nicolas dan bawahan Johannes bersamaan.

“Kenapa? Kakek ngga boleh dateng ke properti milik Kakek sendiri?”

Krisan mengangkat bahunya tak acuh, tak lama denting lift berbunyi, pintu lift akhirnya terbuka dan memperlihatkan lorong khusus ruangan VVIP khusus anggota keluarga Pradana.

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang