23

6.4K 503 9
                                    

"Sudah saya bilang, saya tidak akan pernah mengabari kedua orang tua saya! Dan tidak perlu membuang waktu saya karena mau bagaimanapun mereka tidak akan pernah datang!"

Galang melipat tangannya didepan dada, tatapannya menatap sengit guru di depannya yang tak henti-hentinya memaksa dirinya untuk menghubungi orang tuanya.

Sampai mati pun ia tak akan pernah mau melakukan hal itu.

"Sudahlah beri hukuman saja pada anak kurang ajar sepertinya. Anak berandal yang tidak pernah diajari sopan santun, bisa-bisanya menyakiti putra kesayanganku."

Wanita paruh baya yang Galang ketahui adalah ibu dari Gema menatapnya dengan sinis. Galang tak peduli dengan ucapan wanita itu, karena memang itulah adanya.

Ia tidak pernah diajari sopan santun, diperhatikan saja tidak.

Sungguh waktunya terbuang jika terus berada di ruangan ini. Siapa lagi yang ingin mereka tunggu? Tidak akan ada satupun dari ayah maupun ibunya yang akan datang.

"Maaf, saya terlambat."

Pupil mata Galang melebar saat suara yang ia dengar beberapa waktu yang lalu tiba-tiba terdengar di ruang BK itu.

"Silahkan duduk Nyonya Pradana. Maaf kalau kami mengganggu waktu anda yang sangat berharga."

"Saya yang seharusnya minta maaf, Bu. Karena telat datang kemari, ada hal apa sebenarnya?" Savera duduk, disamping kirinya terdapat Galang dan di samping kanannya terdapat seorang wanita yang menatapnya penuh permusuhan.

"Begini Nyonya, putra anda dan putra Nyonya Armeda berkelahi di lapangan saat jam istirahat. Kami mendengar kabar bahwa mereka berdua berkelahi karena kapten Cheerleader, Nona Pramila."

"Apa?" Savera menatap Galang dengan heran.

"Untuk hukuman mereka berdua, saya sudah memutuskan bahwa mereka akan di skors selama 3 hari. Dan saya berharap hal ini tidak akan terulang untuk kedua kalinya."

"Apa-apaan ini? Jelas-jelas ini salah anak kurang ajar itu, kenapa putraku dihukum juga?! Aku tidak Terima, aku akan menghubungi suamiku dan menuntut sekolah ini!"

Guru BK itu tampak panik saat salah satu orang dari keluarga kaya itu sudah sibuk dengan ponselnya. Tapi, hukuman yang ia berikan sudahlah keputusan dan hukuman yang paling ringan untuk masalah ini.

"Tenanglah Nyonya, ini hukuman yang paling ringan yang bisa saya berikan. Kalau anda memberitahu suami anda tidak akan ada gunanya. Karena ini..." Guru BK itu melirik Savera yang masih diam.

"Hah... Galang Gema, sekarang kalian keluar dahulu. Saya harus berbicara dengan Ibu kalian masing-masing."

Guru BK itu mengikuti kepergian kedua anak didiknya sampai benar-benar keluar dari ruangannya. Dan kini guru BK itu kembali mengalihkan pandangannya pada Savera dan wanita itu.

"Masalah ini berhubungan dengan cucu Tuan Besar Pradana." Lanjut guru BK yang ucapannya terhenti.

"Lalu apa hubungannya dengan keluarga Pradana?! Tidak mungkin anak kurang ajar itu berasal dari keluarga Pradana yang 'itu' kan!"

"Sayangnya apa yang anda pikirkan adalah benar Nyonya Armeda. Dia, orang yang anda panggil anak kurang ajar adalah putraku, anak dari Arsenio Narendra Pradana. Cucu dari Narendra Johannes Pradana, dan cicit dari Kepala keluarga Pradana, Johannes Frans Pradana." Senyum Savera mengembang dengan sinis saat mengatakan asal usul dari anaknya.

Entah mengapa setelah mempelajari lebih mendalam selama beberapa hari tentang asal usul dari suami dan anaknya membuatnya bangga.

"A-apa?! Pradana itu? Anak dari CEO Pradana Group?" Tangan wanita itu bergetar saat mengetahui asal dari orang yang  sudah ia hina dari tadi.

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang