43

5.7K 420 6
                                    

“Kan Kakak yang ga bolehin Ken,” ujar Keenan sembari memainkan jemarinya, “Kakak ndak lupa kan? Ken ndak mau nyucul Mami, nanti Papi cedih kalau ndak ketemu Ken...”

“Sorry.”

Keenan memiringkan kepalanya dengan bingung, “Kakak calah apa? Kakak ndak pelu bilang colly. Kan memang Ken yang calah.”

“Sorry, gue yang salah. Ngga seharusnya gue ngucapin itu ke lo. Mulai sekarang lo boleh kok manggil Mama gue dengan sebutan bunda.”

Matanya memandang sendu ke arah Kenan. Bagaimana bisa dirinya berlaku kasar pada anak sekecil itu? Ia pernah merasakan yang namanya tidak mendapatkan kasih sayang orang tua.

Ia tau bahwa anak kecil itu sama sepertinya, lebih tepatnya lebih buruk dari dirinya.

“Wahh...” manik mata Keenan seketika berbinar, “Benelan? Kakak ndak boong?”

“Ya.”

“Janji? Kakak ndak boongin Ken kan?”

“Janji. Gue ga bakal boong ke lo.” ujar Galang sembari tersenyum tulus.

“Asikk... Tu kan Malia, apa Ken bilang. Bunda sama Kakak udah bolehin kok. Jadi Malia halus pelcaya cama Ken.”

Tak lama seorang wanita dan seorang pria hadir dari balik rak. Galang mengernyitkan dahinya bingung ketika 2 orang itu tiba-tiba muncul.

“Aku menang, jangan lupa uangnya, Mar.”

“Tenang aja, udah aku siapin.”

Hah?!

Tunggu sebentar, otak Galang tiba-tiba menjadi lemot? Jadi maksud ketiga orang ini apa?

°°°

Deg! Deg! Deg!

Jantungnya berdebar begitu kencang. Pemandangan dihadapannya tidak bisa membuat jantungnya memompa darahnya dengan pelan. Otaknya yang kini sangat butuh oksigen agar tetap terjaga membuat jantungnya memompa dengan keras.

Bagaimana tidak?

Bayangkan saat berada di posisi dimana istrimu dan mantan kekasihmu berada di satu ruangan yang sama dengan dirimu.

Ya, itu adalah perasaan gusar dan resah yang tengah dirasakan Arsenio saat ini. Apalagi dengan cerita masa lalu yang belum selesai membuatnya bimbang luar biasa.

“Ssttt... Sadarlah.” ucapan sekaligus senggolan di lengannya menyadarkan dirinya ke realita.

Walaupun panggilan manis terhadap Savera telah Arsenio ucapkan saat masuk ke dalam ruangan. Orang-orang di sana masih saja skeptis dengan hubungan kedua pasangan suami istri itu.

Apalagi ditambah dengan hadirnya orang lama dan raut wajah Arsenio yang tampak datar membuat mereka mau tak mau berspekulasi lagi.

Apakah ini adalah awal mula kejatuhan Pradana Group?

Jika Johannes ada di sini bisa dipastikan laki-laki tua itu akan tertawa terpingkal-pingkal kalau bisa mendengar suara hati manusia-manusia bodoh itu.

“Apa yang sebenarnya terjadi di sini?”

“Ni-Nio, ini salahku.” Quenzi menatap Arsenio dalam, “Kamu jangan menyalahkan Nona Savera. Aku tahu kita salah, tidak, aku yang salah karena terlalu merindukan kisah kita di masa lalu.”

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang