8

9.6K 643 3
                                    

Seorang gadis muda yang mengenakan pakaian kasual itu tengah berbaring malas di sofa sambil memainkan ponselnya.

Ia berdecak sebal saat melihat pesan dan panggilannya tidak mendapatkan balasan sedari tadi.

Gadis muda itu membanting ponselnya di sofa, ia memutar tubuhnya hingga kakinya berada di sandaran sofa dan kepalanya berada di bawah, hampir menyentuh lantai.

Gadis muda itu merengek terus menerus sehingga membuat perempuan yang lebih tua darinya datang sambil melotot padanya dengan tajam.

"Kamu apa-apaan sih Din, segitu ngga sukanya ya kalau kakak pulang kesini." Perempuan yang lebih tua itu meninggikan suaranya, wajahnya yang cantik menatap gadis itu dengan pandangan menggoda.

Andina tak menjawab bahkan melirik pun tidak, ia masih tetap merengek seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan.

"Selena, kenapa kamu terus mengganggu adikmu? Tidak ada pekerjaan atau bagaimana?"

"Ibu... Aku tidak mengganggunya sama sekali. Tanyalah padanya apakah aku mengganggunya?" Selena melotot tajam pada adik kecilnya yang sedang meringkuk dalam pelukan sang ibu.

Selena mendengus sebal, ia memandang ibu dan adiknya dengan pandangan mata yang tajam. Ia kesal sekali kenapa dari dulu dirinya yang terus menerus disalahkan, padahal bukan dirinya yang mengganggu adiknya itu.

Ini salah satu hal yang membuatnya tidak ingin mempunyai adik, hidupnya yang tentram selama 14 tahun rusak begitu saja saat dia mempunyai adik.

Selena adalah seorang anak ekstrovert sedari dulu, tetapi setelah ia mempunyai adik ia diminta untuk menjaga adiknya yang masih kecil mungil itu.

Benar-benar memuakkan!

Selena yang mendengar langkah kaki menoleh, melihat Kevin, suaminya, bersama anak semata wayang mereka yang berada dalam gendongannya.

"Ututu Nadinku sayang, sedang bermain bersama papa ya?"

Selena mencubit pelan pipi gembul anak berusia 1 tahun lebih 3 bulan itu.

Ibu Selena yang melihat kehadiran menantu dan cucu perempuannya lantas segera mengambil alih Nadin dari gendongan menantunya dan membawanya duduk bersamanya di sofa.

Selena yang melihat itu lagi-lagi merasa kesal, ia juga ikutan duduk dengan suaminya sambil menatap Andina.

"Dia kenapa sih bu, kenapa tumben kaya gitu?" Selena mengangkat alisnya menatap bergantian antara ibunya dan Andina.

"Huhu... Aku bosan!" Andina merentangkan tangannya kembali bersandar malas pada sofa.

"Ga punya temen ya? Haha kasian." Selena mencibir pelan.

"Kakak diam aja deh." Andina kembali mengambil ponselnya dan kembali mendesah kecewa.

"Tadi kamu bilang katanya mau mengunjungi siapa itu namanya penolong kamu."

Wajah Andina semakin menjadi gelap, ia mengerutkan bibirnya, "Dia tidak membalas pesanku."

"Penolong? Apa? Apa yang terjadi sebelumnya? Mengapa aku tidak tahu apapun!" Selena memandang cemas sang adik, walau dirinya tak suka mempunyai adik tapi bagaimanapun juga Andina tetaplah saudara perempuan satu-satunya.

"Ah itu ibu lupa memberitahumu," Ibu Selena menggelitik perut Nadin terlebih dahulu sebelum melanjutkan perkataannya sambil menatap Andina, "Anak ini membawa temannya, bukan-bukan membawa para gadis makan tapi tidak membawa uang..."

"Biar aku tebak," Selena melirik Andina sambil tersenyum kecil, "Akhirnya kamu ditinggalkan oleh para gadis itu lalu seseorang membantumu membayar tagihan?"

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang