"Gelap."
Hanya kata itu yang bisa terucap dari bibir Savera saat ia berjalan di tempat yang tanpa cahaya itu.
Savera berjalan, selangkah demi selangkah. Lorong gelap itu sama sekali tidak memunculkan sinar untuknya melihat.
Ia seperti orang buta yang tidak tau kemana arah dan tujuan. Tangannya terulur ke kanan dan ke kiri untuk meraih apa saja yang bisa ia jadikan pegangan.
Namun nihil, tempat itu selain gelap, seolah-olah tidak ada apapun di sana selain dirinya sendiri.
Hampa, itulah yang Savera rasakan saat berada di tempat gelap gulita itu.
Cahaya kecil tiba-tiba menghampiri Savera, cahaya itu terbang semakin dekat memperlihatkan sosoknya yang seperti kunang-kunang.
Savera mengejar kunang-kunang itu, berharap ia bisa keluar dari kehampaan tanpa batas ini.
"Apa aku telah mati?"
Sembari berjalan, ia kemudian terpikir sebuah gagasan yang benar-benar diluar harapannya.
Ingatan Savera kembali terputar ketika ia kembali mengingat detik-detik kejadian saat ia kecelakaan. Tanggal, bulan bahkan tahun yang seharusnya terpatri bukanlah yang sebenarnya.
Ia curiga, jika mungkin ponselnya telah rusak. Tapi, sekali lagi ia membantah opini yang baru saja ia utarakan dalam hati.
Bagaimana mungkin ia sudah berusia 8 tahun lebih tua dari umur aslinya? Savera merasa ia sudah hampir gila karena ucapan-ucapan yang dikeluarkan Joseph!
Tiba-tiba, cahaya yang dipancarkan kunang-kunang itu semakin kuat, hampir menyinari sejauh 6 langkah di sekitarnya.
Detik itu pula, gulungan panjang warna hitam melayang dan berhenti didepannya. Gulungan itu terbuka perlahan menampilkan satu per satu frame yang berbeda-beda.
Savera mendekati frame paling kiri, hal yang sebelumnya ia kira foto, kini bergulir menjadi rekaman video yang menampilkan proses kelahiran seorang bayi.
Yang membuatnya terkejut adalah, wanita yang sedang melahirkan itu. Kenapa begitu mirip dengan ibunya yang telah tiada?
"Apakah, bayi itu aku?"
Tangan Savera tergerak untuk menyentuh frame yang telah selesai memperlihatkan kejadian kelahiran itu, saat tangannya sudah mendekati frame itu, gulungan hitam bergerak ke kiri dan menampilkan video-video tumbuh kembang seorang anak yang ia duga adalah dirinya sendiri.
Manik mata Savera terpaku, ia merasa suhu tubuhnya menjadi panas dingin, dan otaknya terasa buntu saat melihat video yang berisi hal yang bahkan belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.
"Tidak mungkin! Laki-laki itu... me-melaku-kan hal 'itu' denganku?" Ujarnya dengan terbata-bata.
"Pasti gulungan ini rusak kan?" Matanya kembali terfokus memperhatikan kejadian-kejadian selanjutnya.
Setelah 'ia' dalam video melakukan hal 'itu' mereka menikah dan tampak sekali raut wajah terpaksa hadir di antara keduanya, "Tidak bisa dipercaya! Aku tidak pernah menikah! Mana mungkin ucapan Joseph itu benar, ini pasti hanya mimpi burukku!"
Kejadian-kejadian yang tidak pernah Savera alami terus diperlihatkan melalui frame itu, kejadian yang menurutnya sangat sangat tidak mungkin terjadi.
Savera muak terus menerus menatap frame yang menampilkan video yang bahkan tidak pernah ia alami. Savera membalikkan badannya, ia ingin melangkah menjauh dari video yang tidak jelas itu.
"Ibu... Apakah ibu tidak akan pernah peduli padaku?" Langkah kaki Savera tiba-tiba terhenti, "Apakah ibu membenciku?"
Kenapa? Kenapa hatinya terasa sakit ketika mendengar suara lirih itu, kenapa seolah-olah ia yang telah menyakiti hati pemilik suara itu sangat dalam.
Savera membalikkan badannya, matanya membola saat ia menatap dirinya sendiri dalam frame yang sedang menampilkan raut wajah dingin didepan anak lelaki yang terlihat berusia 8 tahun.
Anak lelaki itu begitu tampan, hidungnya mancung dan rambutnya yang pendek tertata dengan rapih. Entah mengapa, saat melihat anak lelaki itu ia malah teringat dengan lelaki yang selama ini ia anggap sebagai sanak keluarga Kepala pelayan.
"Hah! Syukurlah kalau kamu tahu, melihat wajahmu saja aku sangat-sangat membencinya. Andai kamu tidak hadir, hidupku pasti tidak akan hancur begini!"
"Andai kamu tidak hadir aku pasti tidak perlu menikah dengan lelaki dingin yang bahkan tidak akan pernah menjadi kekasihku!"
Tangan Savera tergerak untuk menutup mulutnya, "A..astaga, bukankah hal itu terlalu kasar untuk dikatakan pada anak sekecil itu?"
"Ma, maaf ibu. Ibu benar, seharusnya aku tidak ada di sini. Seharusnya aku tidak pernah dilahirkan."
Hati Savera terenyuh sekali lagi, kala melihat anak lelaki itu menundukkan kepala dengan sedih. Tangannya yang kecil itu mengepal, bahunya nampak begetar.
"Jika aku yang ada di posisi orang yang mirip denganku itu, aku pasti tidak akan pernah berkata demikian," Monolog Savera sambil menggelengkan kepala, detik berikutnya matanya berkilat dengan sebuah tekad yang kuat.
"Apapun yang terjadi bukanlah kesalahan anak laki-laki itu bukan? Tapi kesalahan orang tuanya yang bisa kecolongan. Jadi kenapa anak yang tidak bersalah itu yang harus menanggung resikonya?"
Frame itu kembali bergerak menampilkan video tentang keseharian orang yang mirip dirinya.
Yang membuat Savera heran adalah, Jika memang wanita itu dan pria itu telah menikah, kenapa mereka bahkan tidak pernah tampak saling berbicara, apakah mereka sedang perang Dingin?
Lalu bagaimana dengan mental anak laki-laki tadi yang bahkan sangat-sangat terlihat kesepian?
Jantung Savera berdetak begitu cepat saat frame itu bergulir lagi dan video-video itu menampilkan keseharian dirinya beberapa hari yang lalu.
Bahkan yang membuat kepalanya semakin pening adalah, pertemuannya dengan Joseph dan kecelakaannya, hal yang terjadi beberapa waktu yang lalu bagaimana bisa terdapat dalam frame juga?
Apakah mereka berdua orang yang sama?
Kunang-kunang yang tadinya bersinar dengan terang kini meredupkan cahayanya, gulungan itu perlahan-lahan kembali ke bentuk semula dan terbang tak tau kemana.
"Hah... Baiklah baiklah, aku simpulkan kalau otakku memang sedang tidak beres," Savera memijit kepalanya yang tiba-tiba ngilu luar biasa saat memikirkan kejadian dalam frame tadi.
Bahkan kejadian saat ia meneruskan perusahaan tidak ada di sana, Satu-satunya hal yang pernah ia alami adalah kejadian saat ia pergi ke kantor lalu bertemu Andina dan berakhir dengan kecelakaannya.
Jujur saja, hanya ada satu kata yang hadir dalam kepalanya jika sudah seperti ini.
Percaya atau tidak, waras atau gila, atau memang otaknya yang salah.
Tapi, jika memang hal ini benar-benar ada, hanya ada satu jawaban.
Ia, dan wanita dalam frame itu adalah orang yang sama...
Dengan dunia dan waktu yang berbeda.
Dengan kata lain... Ini adalah dunia paralel!
Sesuatu dimana ia bahkan tidak akan percaya jika hal ini nyata, orang bodoh mana yang akan percaya dengan hal ini?!
Hanya orang yang tingkat halunya begitu tinggi yang bisa membayangkan hal tidak masuk akal begini terjadi di dunia nyata.
Ia adalah orang yang cukup rasional, jadi pilihannya hanya satu, dia pasti gila!
°°°
Waduh, jadi Savera gila atau gimana nih?
Author juga bingung... Jangan-jangan yang gila malah author nih xixixi.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Holy
General FictionSavera Clearista, seorang wanita karir sekaligus pengusaha sukses. Menjadi salah satu wanita yang duduk di puncak kekuasaan dunia bisnis. Ia memiliki semuanya; harta, tahta. Apalagi yang ia butuhkan? Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ia ha...