"Mil, lo pasti sadar tatapan orang itu ke lo kayak gimana?" Seorang gadis yang sibuk membenahi pakaiannya itu melirik Pramila yang tengah mengganti pakaian cheerleader nya dengan seragam sekolah.
"Maksud lo apa? Gue ngga buta ya sampe ngga tau kalau cowok itu natap gue dengan penuh binar cinta," Ujar Pramila dengan nada jijik diakhirnya.
Pramila keluar dari kamar ganti diikuti gadis itu yang melipat tangan didepan dada.
"Ck, gue tebak ngga lama lagi tu orang bakal nembak lo, Mil. Percaya aja sama ucapan gue, gue jamin!" Ujar gadis itu dengan percaya diri.
"Lo mau gue gampar, Ran?" Pramila menatap tajam Rani yang sudah seenaknya berkata hal yang membuatnya bergidik ngeri.
"Lo berdua ngomongin apa nih tanpa gue."
Seorang gadis yang tengah menikmati permen lolipopnya itu menghampiri Pramila dan Rani yang tengah berjalan menuju kelas mereka.
"Ngga penting banget, Rani tuh mulutnya seenaknya kalo ngomong."
"Lah, apa-apaan sih, Mil. Orang gue ngomong sesuai fakta kok." Balas Rani tak Terima.
"Lo berdua ngomongin siapa setan! Gue tanya dari tadi juga malah saling nyalahin."
"Lo tau, San. Gue kan cuma bilang kalau Galang bakal nembak Pramila. Orang keliatan jelas banget kalo tu cowo suka sama Pramila. Lo juga setuju sama gue kan, San?"
Santi mengangguk setuju setelah Rani selesai berucap. Memang Santi akui kalau Galang memang menjadi salah satu dari sekian banyak pengagum yang dimiliki Pramila.
Dari sekian banyak cowok yang memiliki perasaan pada Pramila, Galang salah satu yang terlihat sekali sangat menyukai kapten cheerleader itu.
Santi menatap bergantian antara Rani dan Pramila, "Gema yang seorang kapten basket, kaya, tampan dan seksi aja ditolak sama Pramila. Kita sebagai kaum hawa tau betapa sempurnanya Gema."
"Sampe sekarang gue curiga, kalau mata lo emang katarak deh, Mil. Orang sesempurna Gema aja ditolak..." Ujar Rani yang saling tatap dengan Santi.
"... Apalagi Galang, yang bahkan.. Ah sudahlah gue ga mau body shaming." Santi menghempaskan tangannya ke udara, menghentikan pikirannya untuk melanjutkan perkataan yang ingin dilontarkan.
Pramila memutar bola matanya malas, ia kembali melanjutkan langkah kakinya dan meninggalkan kedua temannya yang semakin melantur.
"Heh, Mil! Sebenernya orang kaya apa yang lo cari?" Tanya Rani penasaran.
"Gue itu maunya, seseorang yang bisa buat gue nyaman. Dan selama ini gue belum dapetin hal itu dari siapapun kecuali bokap gue. Gue maunya mereka para cowo, harus bisa ngelebihi bokap gue dari berbagai aspek."
"Pasangan gue nanti harus bisa lebih tampan dari bokap gue. Harus lebih kaya, lebih pinter, lebih bisa mencintai dan menyayangi gue sepenuh hati. Pokoknya harus bisa lebih!" Lanjutnya dengan semangat yang menggebu-gebu.
Rani tercengang, wajahnya berubah menjadi cengo setelah Pramila menyelesaikan ucapannya. Bisa-bisa temannya itu menjadi perawan tua kalau mencari sosok yang lebih segalanya daripada ayahnya.
°°°
"Eh Lang lihat tuh gebetan lo. Gema nembak Pramila lagi, gila tuh cowok ngga ada kapok-kapoknya ditolak sama Mila. Mukanya tebel banget," Dien yang sedari tadi sibuk dengan bukunya mengalihkan pandangannya ke arah lapangan outdoor saat mendengar ujaran Arya.
Seorang lelaki tampan tengah berlutut sambil memegang bunga ditengah lapangan. Seorang gadis yang menggunakan seragam pas body itu menatap dengan datar lelaki yang kembali mengutarakan perasaannya pada dirinya.
Apakah Gema tidak sadar jika Pramila sudah sangat muak dengan sikap laki-laki itu yang selalu berusaha mencari-cari perhatian dirinya? Dan apa kali ini? Menembaknya ditempat yang sama?
"Mila, lo adalah orang yang berhasil merubah gue jadi lebih baik. Lo jadi seseorang yang selalu hadir dalam benak gue, dan kali ini untuk kedua kalinya, gue mau mengutarakan hal yang sekian lama selalu menghantui hidup gue. Yaitu perasaan cinta gue ke lo."
"Pramila Evelyn Cardamus, maukah lo jadi pacar gue?" Ujar laki-laki itu dengan penuh harap.
"Ya ampun Gema, keren banget anjir!"
"Ah gue melting gimana ini mak anakmu juga mau!"
"Kapten basket kita memang ngga ada dua nya."
"Ayo Mil! Terima Gema!"
"Terima!"
"Terima!"
"Terima!"
Suara itu terus menerus bergema di telinga Pramila. Membuatnya makin muak. Apakah perasaannya juga harus diatur oleh orang lain?!
"Sorry ya, Ma. Bukannya gue sok kecakepan, tapi ini kedua kalinya gue harus ngucapin ini. Sorry, gue ngga bisa jadi pacar lo."
Bunga ditangan Gema terjatuh begitu saja, laki-laki itu berdiri menatap Pramila dengan tajam.
"Gue udah buang harga diri gue buat lo! Tapi dengan ngga tau dirinya lo nolak cowok sesempurna gue. Sehebat apa lo sampe nolak cinta gue?!"
Kali ini Gema benar-benar marah, harga dirinya sebagai laki-laki terluka karena penolakan dari Primadona sekolahnya. Ia sebagai Casanova merasa tak sempurna jika tak bisa mendapatkan hati dari primadona sekolahnya.
Namun, Pramila, gadis itu sudah dua kali menolaknya. Mempermalukannya didepan umum, menghancurkan citra dan pesonanya yang sudah ia bangun.
"Dasar gadis ngga tau diri!"
Ditengah kemarahan yang meluap, tangan Gema melayang mendekati wajah Pramila. Gadis itu memejamkan matanya saat melihat telapak tangan lelaki itu ingin menyentuh kulitnya.
"Jangan kasar sama cewek!"
Tak merasakan apapun diwajahnya, Pramila membuka matanya saat tangan Gema dicekal. Mata Pramila melebar saat mengetahui siapa yang dengan beraninya mencekal seorang Casanova seperti Gema.
"Ga usah sok jadi pahlawan kesiangan. Pergi lo dari sini!"
"Gue ngga akan tinggal diam saat Pramila di sentuh oleh cowok kasar kaya lo!"
Gema terkekeh, matanya menatap Galang dengan tajam, "Heh cupu! Ga usah ganggu urusan gue!"
Gema melayangkan kepalan tangannya pada Galang, sebelum mengenai wajah Galang. Lelaki itu sudah melayangkan bogemannya ke arah Gema, membuat laki-laki itu terhuyung ke belakang.
"Sialan!" Desis Gema yang terlihat semakin meradang.
Gema dan Galang beradu pukulan, dari waktu ke waktu pertengkaran mereka berdua semakin parah. Dan tak seorangpun di sana yang mau memisahkan pertengkaran antara Gema dan Galang.
"Hei! Berhenti kalian berdua!"
Kedatangan seorang guru killer dengan tongkat panjang ditangannya berhasil menghentikan perkelahian antara Galang dan Gema.
"Kalian berdua ke ruang BK sekarang!"
°°°
Waduhh Galang gue masuk BK nih
Kacian huhuuu~
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Holy
General FictionSavera Clearista, seorang wanita karir sekaligus pengusaha sukses. Menjadi salah satu wanita yang duduk di puncak kekuasaan dunia bisnis. Ia memiliki semuanya; harta, tahta. Apalagi yang ia butuhkan? Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ia ha...