53

9.1K 446 6
                                    

Seminggu telah berlalu begitu cepat. Pagi hari ini Savera telah membuat janji dengan Teresha untuk bertemu cecunguk sialan yang sudah mendekam dibalik jeruji besi itu.

"Sudah lama, Ter?"

Teresha menggelengkan kepalanya, kini wanita itu sudah mengenakan baju santai dan berjalan berdampingan dengan Savera memasuki rutan yang masih dijaga dengan ketat.

"Seharusnya kamu tidak perlu menemaniku, Nyonya. Bukankah seharusnya kamu sedang bersiap sekarang untuk acara nanti sore?"

Savera tersenyum menanggapi ucapan Teresha. Memang nanti sore akan diadakan acara untuk memperingati usia pernikahannya dengan Arsenio, pergi pagi hari tidak akan merusak acara kan?

"Sudah tidak perlu dipikirkan, jangan lupa nanti datang."

"Tentu, jika kamu yang mengundang aku tidak berani menolak."

Mana berani Teresha menolak ajakan Savera, wanita itu telah banyak menolongnya. Melepaskannya dari jeratan suaminya, kini ia sudah resmi bercerai dengan sang suami. Savera juga telah memberikannya pekerjaan untuk mengurus pembukaan cabang perhiasan wanita itu.

Setelah sekian banyak hal yang dilakukan Savera mana mungkin ia tidak mengabdi pada wanita itu? Sudah jelas perkataannya dulu terbukti sekarang.

Perubahan besar telah terjadi.

"Selamat datang Nyonya Pradana, maaf saya telat."

Seorang pria tua berlari tergopoh-gopoh menghampiri Savera dan Teresha. Savera melebarkan senyumnya menyambut laki-laki yang berstatus sebagai kepala penjara.

Untungnya dengan bantuan kekuasaan Arsenio dan Johannes ia tidak perlu melakukan banyak hal sampai harus mengucurkan keringat.

"Tidak apa, bagaimana kabar anda?"

"Baik, Nyonya. Apakah anda berniat untuk melihat dia?"

Savera mengangguk tanpa harus mengeluarkan suara. Kepala penjara yang sudah paham akan kedatangan kedua wanita itu segera menggiring keduanya untuk menghampiri tempat di mana para tahanan tengah berada.

"Kita sampai Nyonya, pagi hari ini para tahanan sedang dikumpulkan di lapangan untuk mulai berolahraga."

"Cih, sepertinya hidup di penjara lebih enak, bukan begitu Teresha?"

Senyum meremehkan terbit dibibir Savera. Bahkan tidak semua orang diberikan kesempatan untuk olahraga tapi di dalam penjara kenapa hidup terasa lebih asik?

Pandangan Teresha mengedar memperhatikan satu per satu manusia penghuni jeruji besi. Dari lantai 2 ini ia bisa melihat dari segala sisi. Setelah menemukan objeknya senyum miring tersungging di bibir indahnya.

Melihat orang yang dulunya kita cinta kini harus hidup bersusah payah entah mengapa membuat Teresha merasa sangat bahagia.

Mungkin cinta untuk mantan suaminya memang telah hilang tak bersisa akibat perlakuannya selama ini. Teresha melihat Savera dari ekor matanya, senyum lembut tanpa sadar ia hadirkan.

Dalam hati Teresha berjanji akan terus berada di sisi Savera bagaimanapun caranya.

.
.
.

Hembusan angin sepoi-sepoi menyapa semua orang yang tengah berada di dekat pantai. Ombak yang tergulung menjadi pemandangan indah bagi penikmatnya.

Seluruh keluarga Pradana beserta kolega-kolega dan beberapa teman sudah berkumpul di pantai. Acara ulang tahun pernikahan antara Savera dan Arsenio memang diadakan di bibir pantai atas permintaan dari Savera.

Johannes hanya mampu mengiyakan tanpa bisa membantah, bagaimanapun ia punya banyak hutang kepada Savera maupun Arsenio.

Acara sudah dimulai sedari tadi semenjak sambutan hangat diucapkan oleh Johannes dan Arsenio secara bergantian.

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang