33

6.5K 485 21
                                    

"Nomor yang Anda hubungi sedang sibuk cobalah beberapa saat lagi."

"Sialan Arsenio! Dimana bocah tengik itu, tidak mungkin dia lupa tentang hal penting yang tadi siang sudah aku bicarakan bukan?"

Nicol mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, setelah memutar otak sepertinya ia tahu di mana keberadaan bosnya berada.

Beberapa saat kemudian ia sampai di parkiran sebuah toko mewah yang didepannya berjejer mobil-mobil seharga rumah dan karangan bunga yang berjejer memenuhi tempat.

"Arsenio!" Ujarnya sambil menepuk keras pundak Arsenio.

Jujur saja bukanlah hal yang mudah menemukan Arsenio diantara ratusan orang yang hadir di sini. Ia bahkan tidak menyangka walau sudah banyak waktu berlalu toko ini masih dipenuhi pengunjung.

Memang tidak bisa diragukan lagi kekuatan jaringan Pradana's family.

"Ada apa? Lo ngga liat kalo gue lagi sibuk?"

"Lo ngga lupa kan kalau malam ini ada pesta yang harus lo hadiri?"

"Astaga gue lupa," Cicitnya perlahan, "Sayang maaf ya aku ada urusan, aku pergi dulu ya. Tunggu aku pulang ke rumah ya."

Dengan setengah hati Savera menganggukan kepalanya dengan raut wajah jijik.

.
.
.
.

"Tentu saja kerjasama kita akan deal. karena anda telah repot-repot datang ke sini, silahkan nikmati hidangannya Tuan Arsenio."

"Terimakasih atas keramahan hati anda, Tuan Faros."

Arsenio menguap begitu saja saat Faros telah meninggalkannya sendiri. Entah kenapa sekarang yang ada dipikirkannya hanya Savera, apa mungkin ia sudah mulai merindukan istrinya itu?

Arsenio menggeleng dengan keras, tak ingin lagi terlarut dalam pusaran ilusi itu.

"Nio? Itu kamu?"

Arsenio menoleh, jantungnya berdegup sangat cepat saat sesosok wanita bergaun hitam mendekati dirinya.

Kesan seksi dan anggun begitu melekat pada diri wanita yang entah bagaimana mampu merebut atensi Arsenio sepenuhnya.

"Quenzi?" Ujarnya lirih.

"Aku ngga nyangka loh setelah sekian lama kita ngga ketemu, kita bakal dipertemukan disini. Gimana kabar kamu sekarang?"

"Yah seperti yang kamu lihat saya baik-baik saja."

"Jangan kaku gitu dong hahaha," Wanita itu tertawa sesaat sebelum merubah raut wajahnya menjadi sendu, "Aku cukup terkejut mantan terindah aku berubah sedrastis ini. Mau ga mau aku jadi mengenang masa la..."

"Hentikan! Ngga mungkin kalau kamu ngga tau saya sudah menikah? Jadi hentikan omong kosongmu itu."

Dug!

Tubuh wanita itu menabrak tubuh bidang Arsenio, wanita itu sontak menjauhkan dirinya dari tubuh Arsenio.

"Ah, maaf Nio aku ngga sengaja."

Arsenio melirik tajam pelayan laki-laki yang kini terlihat meminta maaf karena tak sengaja menyenggol tubuh Quenzi. Kini atensinya kembali lagi mengarah pada Quenzi yang tengah menatapnya penuh rasa bersalah.

"Sudah tidak apa-apa."

"Kamu masih baik hati seperti biasa ya. Nikmati pestamu Nio, aku pergi dulu."

"Jangan...." Lirih Arsenio yang dengan cepat menghentikan perkataannya sendiri.

Ia harus tetap ingat bahwa ia sudah menjadi suami orang sekarang, jangan sampai ia menjadi orang brengsek yang memiliki lebih dari satu wanita di dalam hatinya.

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang