6

13.2K 770 4
                                    

Mereka berhenti berkelahi, salah satu dari mereka mendengus, "Huh, ada pahlawan lagi rupanya? Gue saranin nih ya jangan mengganggu dasar wanita tua."

Savera tertegun sebentar sebelum akhirnya marah dan mendekati mereka dengan wajah yang sudah memerah.

"Coba ulangi lagi?"

"Apa lo tuli? Astaga memang ya sudah tua pasti ada masalah pendeng...ahhh!"

Belum sempat menyelesaikan ucapan, remaja laki-laki itu dikirim terbang beberapa langkah menjauhi Savera. Semuanya hening, para penonton terkejut, 3 remaja itu tertegun sampai mulutnya terbuka, 4 remaja yang memukuli pun menjadi marah.

Tapi tentu saja Savera lebih marah dari siapapun! Tidak pernah ada yang memanggilnya tua selama 27 tahun ia hidup, lalu bagaimana bisa cecunguk ini berkata dirinya tua?!

"Beraninya lo menyakiti Raven, beraninya menyakiti anak Biro Kepolisian! Lo akan menerima akibatnya!"

Savera mendengus, ia menatap sinis laki-laki yang baru saja berbicara, "Lalu kenapa? Bukan karena dia punya kekuasaan, dia bisa melakukan apapun yang dia mau."

Savera mendelik tajam dan mengalihkan perhatiannya ke arah remaja laki-laki yang tadi dia pukul.

"Hei! Saya tidak tahu dan tidak peduli apa yang membuatmu menghajar mereka, tapi menghajar orang yang bahkan tidak membalasmu dan membuat kemacetan itu bukanlah hal yang baik Tuan Muda Raven."

Savera berjalan semakin dekat ke arah Raven, dengan kasar Savera mengetukkan jari telunjuknya ke dahi Raven, "Gunakanlah otakmu yang tak berguna ini dasar bodoh. Jangan pernah merasa di atas karena kekuasaan keluargamu."

"Di dunia ini ada orang yang tingkatnya jauh di atasmu, bagaimana jika kau menyinggungnya tanpa sepengetahuanmu? Kau dan seluruh keluargamu akan habis!" Ucap Savera sambil menggerakkan tangannya ke arah leher seolah-olah sedang mengiris.

"Dan kalian!" Tunjuknya pada keempat orang yang ikut berkelahi, "Aku tidak heran jika dirinya membuat masalah, tapi kalian? Siapa yang akan melindungi kalian jika kalian masuk ke dalam penjara? Apakah keluarga kalian juga sekuat itu hm?"

"Huh, lo ngga tahu apa-apa wanita tua. Bagaimanapun bos Raven akan melindungi kami!"

Savera mengangguk-anggukan kepalanya seolah paham, ia tersenyum mengejek dan melirik Raven yang tatapannya menjadi kosong, "Kalian percaya diri sekali ya?" Senyum mengejeknya hilang setelah ingat kalimat pertama laki-laki itu, "Dan berhenti mengatakan aku wanita tua sialan! Aku masih muda!"

"Dia benar."

"Hah? Maksudmu dia masih muda? Memang terlihat muda sih." Empat remaja laki-laki itu mengalihkan pandangannya ke arah bosnya, mereka bingung melihat tatapan mata Raven yang saat ini terlihat kosong.

Raven berdiri tegap, remaja itu menyugar rambut hitamnya ke belakang. Matanya berkilat tajam, ia melangkah mendekati tiga remaja laki-laki yang sudah babak belur itu.

Raven meringis dan meneguk ludahnya susah payah, ia menundukkan kepalanya beberapa sentimeter.

"Maaf. Gue terlalu tersulut emosi karena hal sepele, gue bakal membayar biaya rumah sakit."

Mereka semua bahkan penonton merasa ucapan Raven terdengar tulus. Savera menganggukkan kepalanya puas, ia menepuk puncak kepalanya dua kali.

"Ternyata otakmu bisa digunakan juga ya dasar bodoh!"

Raven menatap Savera tak suka, tapi ia tak bisa melakukan apa-apa. Apa yang dikatakan wanita didepannya benar, ayahnya sudah berulangkali memperingatkannya untuk tidak membuat masalah.

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang