Masih di tempat yang sama, Savera masih terjebak di dalam kehampaan tanpa batas. Satu-satunya sinar yang beberapa saat lalu meneranginya kini telah tiada, apakah ia harus terus menerus terjebak dalam kegelapan ini?
Savera menekuk kakinya, ia menelungkupkan kepalanya di antara kedua kakinya itu.
"Apa kamu sudah menyadarinya?"
Dengan cepat Savera mengangkat kepalanya saat suara itu tiba-tiba terdengar, ia menolehkan kepala ke kanan dan kiri.
Namun tak seorangpun terlihat dari matanya. Dalam satu kedipan mata, ruang hampa itu menyemburkan gemerlap cahaya yang begitu menyilaukan.
Segalanya yang ada di sana yang semula berwarna hitam tanpa warna kini berubah menjadi ruangan putih menyilaukan.
Savera menegakkan tubuhnya, kakinya melangkah menyusuri ruangan berwarna putih itu. Walaupun sudah memiliki cahaya yang begitu terang serta ruangan yang kini menampakkan warna putihnya, Savera tetap sendiri.
Apakah ia benar-benar harus tetap sendirian di manapun ia berada?
"Tidak. Kamu tidak pernah sendirian wahai anak manusia. Orang yang menyayangimu selalu ada di sekitarmu, apakah kamu tidak tau itu?"
Bulu di tubuh Savera berdiri saat suara tanpa pemilik itu mengalun di sekitarnya. Ia memutar tubuhnya hanya untuk mendapatkan kekosongan lagi.
"Kamu sedang mencari apa?"
Langkah kaki Savera semakin mundur, kepalanya menoleh ke kanan ke kiri dengan cepat, detak jantungnya berdetak tak karuan.
Bahkan kepalanya hampir saja kehabisan pasokan oksigen dan darah, dan ia hampir pingsan!
"Percuma kamu menoleh ke sana kemari. Kamu tidak akan pernah melihatku jika begitu caranya,"
"Whaha! Apakah telingaku benar-benar bermasalah?" Savera memukul kepalanya dengan keras, setelah melakukan hal itu kepala bahkan tangannya tak terasa sakit sedikitpun.
"Hei anak manusia!" Suara itu tiba-tiba semakin membesar, sosok kecil dengan gaun biru dan rambut putih itu hadir tepat di depan wajah Savera.
Ukurannya bahkan hanya sebesar setengah telapak tangan Savera. Savera berkedip bingung, matanya menatap dengan lekat hal aneh yang ada didepannya.
"Kamu? Benda apa kamu ini?"
"Benda?! Beraninya kamu memanggilku yang Agung ini dengan sebutan benda?! Benar-benar suatu penghinaan!"
"Hmph!! Seharusnya aku tidak perlu menolongmu! Dasar anak manusia tidak tau terimakasih!"
Sosok kecil itu berbalik memunggungi Savera, mendengar ocehan sosok kecil yang melengking itu Savera hanya bisa membuka mulutnya. Mau bagaimanapun ia shock mendapatkan hal yang begitu mengejutkan ini.
Mimpinya benar-benar begitu fantasi sehingga menghadirkan hal-hal keren sedari tadi. Suatu hal yang bahkan tidak bisa diterima oleh akal sehat manapun.
Disaat Savera sedang berpikir keras, sosok kecil itu membalikkan badannya perlahan. Bibirnya masih saja mengerucut tampak sedang merajuk.
"Bukankah seharusnya kamu membujukku untuk tidak marah lagi?! Kenapa kamu malah diam saja?"
Savera malah memiringkan kepalanya, wajahnya maju semakin mendekat ke arah sosok kecil itu.
"Kamu ini apa?"
Sosok kecil itu terkejut dengan wajah Savera yang diperbesar, "Aku? Asal kamu tahu, aku adalah penyelamatmu! Aku adalah peri agung yang menjadi penyelamat hidupmu! Aku tahu kamu pasti bangga telah diselamatkan olehku bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Holy
General FictionSavera Clearista, seorang wanita karir sekaligus pengusaha sukses. Menjadi salah satu wanita yang duduk di puncak kekuasaan dunia bisnis. Ia memiliki semuanya; harta, tahta. Apalagi yang ia butuhkan? Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ia ha...