13

7.1K 514 2
                                    

Hari telah berganti, pagi hari yang cerah menyambut para makhluk hidup yang mulai melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Kicauan burung yang merdu, gemerisik daun yang terhembus angin terdengar. Sang surya yang naik perlahan-lahan tak menganggu Savera yang masih tertidur lelap, yang bahkan tak terlihat kapan akan bangun.

Seorang lelaki berjalan menuruni tangga spiral dengan perlahan, tangannya sibuk menggulung lengan kemeja hitamnya.

Tatapan mata yang tajam menatap satu-persatu para pelayan yang sedang bekerja membereskan rumah itu.

"Dimana Nicol?"

Alex yang tiba-tiba ditanya langsung berkeringat dingin, "S-sepertinya belum datang tuan, apakah Tuan Nicol akan ikut dengan anda ke rumah utama?"

"Mmm... Kalau nanti datang, cepat kabari saya."

"Baik tuan."

Lelaki itu baru jalan beberapa langkah untuk pergi ke ruang makan, seketika ia berhenti ketika namanya disebut.

"Arsenio!"

Arsenio menatap dengan sudut matanya kepada laki-laki yang kini menjabat sebagai sekretaris dan asisten pribadinya.

Nicolas Praditha, asisten pribadinya di kantor yang telah bekerja dengannya selama bertahun-tahun. Mungkin hal ini juga yang membuat lelaki itu bisa semena-mena dengan bosnya sendiri dan jangan lupakan bahwa laki-laki itu adalah satu-satunya sahabat yang dimiliki Arsenio.

Tapi Arsenio akui, bahwa Nicol memang profesionalitas. Lelaki itu bisa menempatkan diri dimanapun dan kapanpun.

Karena ini di rumah dan bukan di kantor lelaki itu tentu saja bisa memanggil bosnya dengan nama bukan? Lagipula umur mereka tidak beda jauh.

"Apakah aku terlambat? Sepertinya tidak." Nicol mengangkat bahu tak acuh, dengan santai tangan kekarnya merangkul atau lebih tepatnya menyeret leher Arsen ke arah ruang makan.

Arsen menarik kembali kata-katanya yang mengatakan bahwa lelaki ini profesionalitas.

Mana ada bawahan yang menyeret leher bosnya sendiri?

"Lepaskan," Arsenio menatap Nicol dengan dingin, tanpa perasaan Arsen mendorong Nicol menjauh beberapa langkah darinya.

Arsenio berbalik, menatap Alex yang tersenyum tipis, "Panggil Galang dan ingatkan wanita itu untuk ikut."

"Nyonya? Apakah anda yakin tuan?"

"Ya."

Alex mengedipkan matanya tak percaya, ia bahkan hampir percaya jika orang bilang matahari terbit dari barat.

Apakah hubungan kedua majikannya membaik tanpa ia ketahui?

Alex tidak bertanya lebih lanjut, lelaki paruh baya itu segera pergi ke lantai atas melaksanakan perintah dari Arsenio.

Nicol yang sedang mengomel karena didorong tiba-tiba ternganga, ia bahkan mengorek telinganya berharap bahwa ada yang salah dengan pendengarannya.

"Hei, apa yang salah denganmu? Apakah otakmu itu mungkin bergeser beberapa sentimeter?"

Arsenio diam, kakinya melanjutkan langkah yang tertunda menuju ke ruang makan yang sudah siap dengan hidangan.

"Dokumen yang diperlukan sudah disiapkan bukan?"

"Eh...."

Nicol menggeram kesal, lelaki didepannya ini benar-benar mengalihkan pembicaraan.

Apa salahnya untuk bercerita pada dirinya? Ia sudah bersamanya selama bertahun-tahun apakah itu masih kurang untuk membuat bosnya ini percaya padanya?

Percuma saja kesal, lelaki dingin didepannya ini bahkan tidak akan menjawab pertanyaannya.

Nicol hanya tidak habis pikir, apa mungkin memang otaknya bermasalah? Biasanya melihat istrinya saja dia tidak mau, tapi sekarang apa yang membuatnya ingin membawanya ke rumah utama?

"Nicol?"

Nicolas yang sedang bingung dengan pikirannya sama sekali tidak mendengar panggilan Arsenio. Tangan kirinya menyangga tangan kanannya yang sedang mengusap dagu.

Nicolas tiba-tiba terjengkang ke belakang, tubuhnya yang tidak siap oleng membuat pantatnya mencium lantai terlebih dahulu.

"Ssshhhh..."

Rasa sakit langsung muncul di pantat dan dahinya yang menjadi penyebab dirinya jatuh, Nicol menoleh ke samping, buah jeruk yang masih terbungkus kulit buah berwarna oranye masih menggelinding di lantai.

"Apa-apaan ini, kenapa kamu melemparku dengan jeruk?!"

Nicolas mengalihkan perhatiannya menatap Arsenio dengan tajam, ia mengusap perlahan dahi dan pantatnya yang terasa nyut-nyutan.

Arsenio melirik acuh tak acuh, "Dimana dokumennya?" Ucapnya singkat lalu melanjutkan sarapan paginya.

"Jadi kamu melempariku jeruk hanya karena dokumen sialan itu? Sudah ada di mobil puas!"

Nicolas berteriak dengan keras, ia ingin sekali bertanya pada Arsenio apakah lelaki itu mantan pemain tolak peluru?

Demi tuhan jeruk tadi yang mengenai dahinya benar-benar terasa sakit luar biasa. Bagaimana jika wajahnya hancur karena memar dilempari jeruk oleh Arsen?

Akan ditaruh dimana wajah Nicol jika anak-anak kantor mengetahuinya?

"Tuan muda kedua..."

Alex datang memasuki ruang makan diikuti oleh Galang di belakangnya, wajah Alex kembali berubah menjadi pucat pasi. Ia bingung apa yang harus ia katakan pada tuan mudanya ini?

Arsen mengangkat alisnya sedikit, bibirnya masih mengatup tanpa berbicara sedikitpun.

"Nyonya sedang tertidur tuan, apakah saya harus membangunkannya?"

Kalau boleh jujur, Alex sama sekali tidak ingin membangunkan Nyonya nya itu. Jangankan membangunkan, masuk kamarnya saja sudah menjadi larangan bagi semua orang.

Siapapun yang bekerja di rumah Tuan Muda kedua Pradana pasti tahu tentang salah satu kebiasaan nyonya kedua yang sama sekali tidak ingin diganggu.

Kelopak mata Arsen sedikit menurun, bulu matanya yang lentik tampak penuh keindahan. Suaranya yang berat keluar dari bibir tipis menggodanya.

"Tidak perlu." Ucapnya perlahan.

Bibir Arsenio sedikit melengkung keatas menampilkan seringai tajam yang bahkan tak disadari siapapun. Tidak ada seorangpun disini yang akan lebih bahagia dari pada dirinya saat mengetahui bahwa 'dia' tidak harus datang bersamanya.

Arsenio bahkan sudah menahan diri untuk tidak membalikkan meja saat kakeknya menyuruhnya untuk membawa wanita itu bersamanya.

Arsenio masih tidak paham, guna-guna macam apa yang digunakan wanita itu untuk meluluhkan tiran macam kakeknya.

Tapi Arsenio yakin, jika wanita itu benar-benar menggunakan guna-guna ia tak akan pernah masuk ke dalam perangkapnya.

Itulah janjinya pada dirinya sendiri.

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang