Setelah menelpon Arsenio dan tidak mendapatkan jawaban, Savera kini malah berdiri diparkiran seperti orang bodoh. Ia kira laki-laki dingin itu akan menunggunya di sini.
Kalau bukan karena mobilnya yang dipinjam oleh Selena dan ia yang memang ingin memperbudak Arsenio, tak akan mau ia begini. Ingat, sampai sekarang Savera belum memaafkan Arsenio karena kejadian tempo hari saat ia mengatakan unek-uneknya kepada Arsenio.
Karena bosan akhirnya Savera memainkan ponselnya saja. Membuka room chat memeriksa apakah ada masalah di bisnisnya.
Masih ingat dengan Fabella? Sekretarisnya di kehidupannya dahulu kini juga menjadi sekretarisnya. Bukan karena ia tidak mau memberi kesempatan pada orang lain untuk bekerja dengannya, hanya saja ia sudah cukup percaya pada Bella dan kemampuan wanita itu di kehidupan kali ini juga sudah ia tes.
"Lama tidak bertemu, Nona."
Savera mengalihkan pandangan dari ponsel ke arah seseorang yang mengajaknya bicara baru saja. Sebelah alisnya terangkat, raut wajah bingung bercampur heran tampak kentara di wajah Savera dan itu tak luput dari perhatian lawan bicaranya.
“Haha, saya tidak menyangka anda akan melupakan saya. Bagaimana Nona? Saya kira anda masih terobsesi dengan perusahaan saya?” ujar seorang pria yang kini menatap Savera dengan kekehan kecil.
“Astaga itu anda?” mata Savera melebar setelah menyadari bahwa pria didepannya adalah pria yang sama yang ia klaim perusahaannya sebagai miliknya saat pertama kali ia bangun di dunia ini.
“Maaf saya benar-benar lupa Tuan...”
“Adnan, Nama saya Adnan. Pertemuan pertama kita memang tidak baik sampai kita tidak berkenalan secara resmi.”
Jika mengingat-ingat lagi, ingin sekali Savera membenturkan kepalanya ke dinding saat ini juga. Pria di hadapannya ini membuatnya kembali mengingat kenangan saat dirinya masih seperti orang gila yang seenaknya mengklaim kepemilikan orang lain.
“Saya benar-benar minta maaf, karena kelakuan gila saya pasti anda merasa sangat tidak nyaman dulu.”
“Haha, tidak apa-apa Nona. Namanya juga sebuah kesalahpahaman.”
Sedangkan di sisi lain, seorang pria tengah menggeram kesal saat melihat pemandangan tak mengenakan dengan mata kepalanya sendiri.
Dihadapannya sendiri, istrinya tengah berbincang sambil tertawa renyah dengan seorang pria yang bahkan ia tidak tau itu siapa.
Dengan buru-buru, Arsenio mendekati Savera dan merengkuh pinggangnya untuk mendekatkan mereka berdua, “Hai sayang, maaf ya aku lama. Kamu pasti nunggu lama ya?” ujar Arsenio dengan senyum lembut.
Jujur saja, Savera merinding saat ini. Bahkan Adnan tampak terpaku sebentar sebelum mengembalikan mimik wajahnya pada keadaan semula. Bagaimanapun ia tidak boleh tampak bodoh didepan CEO Pradana Corporation.
“Senang bertemu dengan anda, Tuan Pradana. Saya Adnan pemilik Helsinki Jewelry sekaligus kenalan dari Nona Savera.”
Arsenio mengernyitkan keningnya bingung lalu menatap Savera yang tengah berusaha melepaskan diri dari pelukannya.
“Sepertinya istriku terlihat masih sangat muda ya sampai masih dipanggil Nona walaupun sudah ber-suami.” ujar Arsenio sambil menatap dingin antara Savera dan Adnan.
Bisa-bisanya laki-laki yang tidak dikenal itu malah sok dekat dengan istrinya? Apa lagi sampai memanggilnya dengan sebutan 'Nona'? Hei, bukankah Savera sudah menjadi istrinya?
“Ada apa denganmu? Apakah kamu sudah gila?” bisik Savera tepat di telinga Arsenio.
Bahkan setelah Savera mengedarkan pandangan di parkiran mal, ia sama sekali tidak melihat Kakeknya. Hal apa lagi yang akan membuat pria di sampingnya ini bersikap demikian kalau bukan karena gertakan Tuan Besar Pradana?
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Holy
General FictionSavera Clearista, seorang wanita karir sekaligus pengusaha sukses. Menjadi salah satu wanita yang duduk di puncak kekuasaan dunia bisnis. Ia memiliki semuanya; harta, tahta. Apalagi yang ia butuhkan? Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ia ha...