"Ada apa sayang, kamu bergumam apa?"
Savera mengalihkan atensinya pada wanita paruh baya yang duduk disampingnya yang menatapnya lembut.
Wajah yang selama ini ia rindukan, sungguh ia sangat merindukan wanita ini, sosok wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
Walaupun ia disuruh memilih, ia akan memilih dunia ini tanpa keraguan, jika ia bisa melihat orang tuanya kenapa tidak?
Sebelumnya ia hanya sendirian, membesarkan perusahaan itu sendirian, ia bangkit dari keterpurukan pun sendiri.
Lantas, apakah salah jika ia memilih sesuatu yang sekali saja membuatnya bahagia? Hal-hal yang selama ini ia rindukan, hal yang selama ini membuatnya terus menerus berharap.
"Apa kamu sudah menentukan keputusanmu sayang? Kamu memilih apa?"
Savera menatap lurus ke arah televisi yang mati, layar gelap itu membuat otaknya bertraveling kemana-mana.
"Aku sudah memutuskan. Aku akan ikut tinggal dengan Mama, ngga papa kan?" Ujarnya sambil tersenyum manis.
"Oh putriku sayang, tentu saja tidak apa-apa. Rumah Mama adalah rumahmu juga bukan."
Savera masih tersenyum tanpa luntur sedikitpun. Ia kembali memikirkan, apakah ia harus mengatakan hal yang sudah ia pikirkan sejak beberapa saat yang lalu?
Sekarang ia sudah menerima jika hal yang ia lihat dalam frame adalah kenyataan, berarti sudah jelas jika perusahaan yang beberapa waktu lalu ia klaim menjadi perusahaannya adalah memang bukan perusahaannya.
Kalau begitu, bukankah lebih baik jika ia mengulang semuanya?
"Mama? Emm apa Mama bisa menuruti kemauanku?" Ujarnya sambil memainkan masing-masing telunjuknya.
"Hei, ada apa dengan sikapmu sekarang, Savera? Tidak biasanya kamu bersikap malu-malu." Suara nyaring yang beradu dengan sepatu hak tinggi mengganggu acara mohon memohon Savera.
Savera melirik sekilas pada wanita yang ia ketahui adalah bos dari salon Flavor, salon kecantikan ternama di ibu kota.
Jika wanita itu sampai datang ke tempat ia dirawat, sudah pasti hubungannya dengan dirinya disini lumayan dekat, atau hanya untuk basa basi? Entahlah, ia tidak tahu menahu dan tidak terlalu peduli.
"Sayang, jika Mama masih sanggup untuk menuruti kemauanmu, Mama pasti akan mengabulkannya tenang saja tidak perlu khawatir."
"..."
Savera terdiam sejenak, kembali menimbang ucapan yang akan segera ia lontarkan.
"Aku ingin membangun perusahaan, aku akan membangun kerajaan bisnisku sendiri."
Prang!
°°°
Sosok laki-laki yang kini sedang asik berjemur setelah berenang tiba-tiba bergidik, tubuhnya meremang dan ia merasa tidak enak badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Holy
General FictionSavera Clearista, seorang wanita karir sekaligus pengusaha sukses. Menjadi salah satu wanita yang duduk di puncak kekuasaan dunia bisnis. Ia memiliki semuanya; harta, tahta. Apalagi yang ia butuhkan? Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ia ha...