30

6.9K 491 3
                                    

"Heh kok tumben lo telat?! Kesambet apa lo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heh kok tumben lo telat?! Kesambet apa lo?"

"Tadi gue telat karena nungguin nyokap gue." Balas Galang dengan menatap Arya santai.

Uhuk!!

Saking kagetnya, Arya bahkan tersedak makanannya sendiri. Tak beda jauh dengan Dien, bukunya yang selalu menjadi nomor satunya itu kini ia tutup dan ia hanya fokus menatap Galang.

"Lo becanda?"

Galang mengangkat alisnya, wajahnya itu seolah-olah menjawab segala keraguan Dien.

Apakah mereka sungguh baikan?

Begitulah isi pikiran Dien. Ah mau bagaimana lagi, ia tidak pernah membayangkan sekalipun jika dendam kesumat Galang pada ibunya itu bisa hilang begitu saja.

Mereka itu sudah seperti air dan minyak yang tidak akan pernah bersatu. Tapi, dengan perubahan ini ia sebagai salah satu teman Galang juga mensyukurinya. Itu tandanya Galang bisa memperbaiki hubungannya dengan keluarganya yang tidak harmonis itu kan?

ʕ •ᴥ•ʔ

Hari-hari seperti terlewati begitu saja, detik demi detik seperti tak memberikan jeda bagi orang sibuk di sekeliling Savera termasuk dirinya sendiri.

Dalam beberapa hari terakhir ia terus disibukkan dengan urusan gedung perusahaannya yang akan segera digunakan dalam beberapa hari mendatang, pengembangan untuk perhiasannya menjadi produk siap pakai pun sudah masuk ke tahap proses pembuatan.

Targetnya, bersamaan dengan perusahaannya yang diresmikan, barang-barang yang akan menjadi produk yang akan ia jual sudah harus siap untuk dipasarkan.

Untuk sekarang, ia bersama dengan orang-orang kepercayaannya yang sudah susah payah ia rekrut masih bekerja dari rumah. Ia juga harus mengontrol para pekerja kasar yang mengurusi pada proses pembuatan.

Ia juga harus segera mensurvei tempat yang strategis untuk menjadi penyalurnya dalam memasarkan barangnya kepada konsumen.

Savera menyandarkan tubuhnya di sofa, dalam beberapa hari terakhir ini ia begitu sibuk hingga tidak memikirkan kondisinya yang semakin kurus dari hari ke hari.

"Aku dengar dari Ayah mertua kalau kamu akan mencari tempat yang strategis untuk membuka toko. Bagaimana jika aku merekomendasikan tempat kepadamu?"

Suara yang sudah berhari-hari terdengar di telinganya, bahkan dirinya hampir muak setiap malam terus mendengarkan laki-laki itu berbicara.

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang