03| Overthinking

470 20 3
                                    

Haii, semoga cerita ini bisa aku usahain update tiap hari ya!

Follow akun wattpad dan instagram aku @melthnz

Jangan lupa vote dan comment

Happy Reading!

* * *

Aleya di seberang meja makan sana. Ia sudah menuruti mau Aleya, membawakan koper ke depan kamarnya dan sampai sekarang tidak ada rasa terima kasih sama sekali yang diberikan gadis itu padanya.

Beruntung kehadiran pembantunya yang pulang dari pasar tadi menghentikan amarah Andra yang hendak memuncak,  jika tidak mungkin ia sudah membuat keributan di rumah pada Aleya untuk kedua kalinya.

Kepulangan Diaz yang duduk di kursi tengah meja makan antara Andra dan Aleya seperti tidak dipedulikan oleh mereka berdua. Diaz menghela napas pelan, ada apa dengan anaknya yang tidak bisa diajak berkompromi saat ini.

"Sampai kapan kamu mau natap adik kamu kaya gitu, Dra. Ini pertama kalinya kalian ketemu loh, kasih first impression yang bagus dikit dong buat Aleya," ujar Diaz baik-baik. Ia selalu mengingatkan anaknya ini agar tidak menyimpan dendam pada siapapun meski orang lain melakukan sikap atau hal buruk padanya.

"Yah, Andra udah berbaik hati bawain koper dia ujan-ujan ke dalem rumah. Liat sikap dia, sampe sekarang diem nggak ada tau terima kasih," protesnya. Diaz hanya bisa tersenyum, melirik Aleya sejenak.

"Udahlah, Dra. Wajarin aja, Aleya kan masih—"

"Maaf Aleya potong, Om. Aleya nggak bakal kaya gitu kalo nggak ada yang mulai duluan," aku Aleya.

Andra melongo, apa-apaan? Kenapa Aleya bisa sangat sopan dengan Ayahnya, benar-benar cari perhatian sekali, sedangkan dengan Andra malah tidak tahu diri.

"Om seneng kamu tinggal di sini, rumah jadi rame, sayangnya tante udah nggak ada, jadi nggak bisa nemenin kamu ngobrol, curhat sesama perempuan," ujar Diaz pengertian.

"Al udah biasa hidup tanpa Mama, Om." Diaz jadi terbungkam tidak tahu ingin berbicara apa. Andra juga sedikit merasa iba, mungkin ada sesuatu yang disembunyikan Aleya sampai sikapnya menjadi kurang sopan seperti ini.

"Ya sudah, di makan makanannya, ya? Maaf kalo Aleya kurang suka atau gimana nanti bisa request sama bibi." Aleya mengangguk pelan menjawab penuturan Diaz.

Acara makan malam menjadi hening tidak ada bahasan apapun, Diaz merasa tidak enak jika hal tadi membawa-bawa nama Ibunya Aleya.

"Al ke kamar duluan ya, Om," pamitnya menyudahkan makan malamnya.

"Tunggu bentar, Al," cegah Diaz menahannya. Ada sesuatu yang ingin ia katakan, "Ayah kamu bilang kepindahan sekolah kamu udah diurus sama orangnya, berarti nanti pas waktu masuk sekolah kamu tinggal masuk aja."

Diaz beralih menatap Andra yang baru selesai makan, "Nanti Andra bisa kan anter Aleya ke sekolah?"

Andra menatap Ayahnya, ia sudah menolaknya untuk tinggal di rumah ini tadi, kenapa jadi dirinya lagi yang harus mengantarnya sekolah nanti?

"Yah?" Diaz tidak memperdulikan Andra yang memanggilnya. Ia menatap Aleya dan berpesan, "Kamu jangan tidur malem-malem ya!"

"Iya, Om."

"Sleep tight, Al!" seru Diaz pada Aleya yang menaiki tangga menuju kamarnya.

"Ayah, Andra kan udah nolak dia buat tinggal di sini, kenapa Ayah nyuruh Andra anter dia ke sekolah nanti? Dia kan bisa berangkat sendiri, dia bawa mobil," alibinya masih tidak terima.

GALANDRA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang