35| Facts Revealed

142 8 0
                                    

"kak Raka dateng, kan?"

"Kangen sama gue?"

"Kangenlah, kalo ngobrol sama Kak Raka pembahasan nggak kelar-kelar."

Raka terbahak, kebanyakan orang yang dekat dengannya begitu, tadinya niat Raka saat pertama kali bertemu Aleya adalah mencoba pendekatan dengannya. Namun, sayang sekali Aleya ternyata sudah ada yang memiliki, terpaksa dirinya harus pindah ke lain hati.

"Entar Kak Raka ke sana kondangan Om Diaz, berangkatnya bareng-bareng sama Andra juga."

"Kapan tuh?"

"Kayanya sih minggu pas acaranya, nggak bisa h-1 atau h-2 acara. Kita juga disini sibuk, kamu juga ujian, bukan?"

"Iya, Kak."

Aleya menghela napas pasrah. Terdengar oleh Raka. "Kangen Andra, ya?"

"Iya, dia sibuk terus."

"Demi lo, Aleya." Aleya mengernyit, apa hubungannya magang dengan dirinya? "Dia perjuangan cari pengalaman buat masa depan dia sama kamu."

Perasaan Aleya menghangat, ucapan Raka padanya terkesan serius dan tidak dibuat-buat. "Dia orangnya serius ya sama sesuatu?"

"Iya, bener-bener serius. Walaupun sempet kekanakan, emosian, minum-minum, sisi liarnya emang begitu laki-laki. Tapi dia bisa kontrol kalo berhubungan sama orang yang dia sayang. Contohnya, nyokapnya sendiri, dia bakal kecewa kalo anaknya minum-minum kek orang gila liat anaknya dikecewain. Harusnya dikecewain bukan buat diri kita jadi terlihat buruk dimata orang lain, tetapi tunjukkin bahwa kita kuat dengan cara bahagiain diri masing-masing."

Aleya terenyuh sesaat, merasa iba. Namun, berusaha kembali bersikap biasa saja. Ia tidak boleh lengah, kenyataan sudah benar Andralah orangnya, tinggal waktu yang menyelesaikannya.

"Aleya takut, Kak, suatu hari kecewain dia." Aleya tidak selamanya akan berbohong akan sesuatu, dia hanya mengungkapkan apa yang dirasakannya saat ini.

"Makanya usahain jangan, Al." Raka menyarankan. "Masa lalu dia udah menderita, jangan sampe masa sekarang dan masa depan dia juga."

"Kak Raka tau masa lalu dia?"

"Tau, kalo bahas masa lalu mulu sih nggak ada kelarnya, semua orang juga punya masa lalu. Tapi kalo diungkit-ungkit juga nggak baik, berati pemikirannya cuma berfokus sama kesalahan yang udah berlalu. Nggak dewasa dong bahas begituan."

"Tapi tadi Kak Raka bahas soal masa lalu Andra." Aleya jadi bingung sendiri.

"Beda dong, gue bahas garis besar tentang diri dia dan cara buat kontrol Andra, supaya lo tau juga. Kekuatan dan kelemahan dia ada pada orang yang dia sayang."

Aleya terbangun dari mimpinya, ia memikirkan perkataan Raka saat sore di telepon tadi, sulit juga menguak masa lalu Andra melaluinya, satu-satunya cara ada pada Galvin. Apa ia mau ditanya-tanya tentang masa lalu Andra?

Aleya turun dari kamarnya ke dapur tengah malam, berniat mengisi air di gelasnya yang sudah kosong. Usai mengisi gelas ia kembali ke kamar, tiba-tiba di depan pintu kamar Aleya melihat pintu kamar Galvin sedikit terbuka. Ia menghampiri, mencoba mengintip ke dalam ruangan yang sepi dan tidak ada orang. Kemanakah laki-laki itu?

"Kak Alvin?"

Aleya menyusup masuk ke dalam kamar. Melihat seisi ruangan yang baru pertama kali di masukinya. Ruangan yang simpel dan terkesan elegan, kalau di kamar Andra akan ditemui windows seat, di kamar baru Galvin akan ditemui meja panjang berisi dua buah pc lengkap dan satu buah laptop. Benar-benar mencirikan anak IT sekali.

Suara notifikasi terdengar, sepertinya muncul dari salah satu barng punya Galvin. Laptopnya menyala, membuat Aleya segera menghampiri untuk melihat. Sayangnya terkunci, tapi, Aleya dapat melihat lockscreen laptop tersebut menampilkan sebuah lokasi tempat yang tak asing baginya.

GALANDRA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang