Hehe update lagi
Happy Reading!***
"Dra, tumben balik?" Diaz menurunkan gelas kopinya, menyimpannya di atas meja setelah menyesap beberapa kali.
Anaknya itu baru datang langsung duduk di sofa tanpa salam pada orangtuanya. Wajahnya berkecamuk, terlihat lelah tapi seperti ada yang ingin dibicarakan pada orangtuanya.
"Kamu kenapa mukanya murung gitu?" Eva menimpali melihat Andra duduk di sofa dengan tampang lesu. "Ada masalah di kantor?"
Tidak menjawab balasan Eva, Andra menatap gusar Diaz. "Ayah kenapa nggak bilang sama Andra kalo beli salah satu unit apartemen buat Anaya di sebelah Andra?"
"Ayah nggak tau kalo soal letaknya di sebelah unit kamu, yang Ayah mau cuma mau dia hidup nyaman, Dra."
Eva yang tidak tahu apa-apa langsung memandang suaminya. "Bener, Yaz? Kamu kok nggak bilang aku?"
"Nanti kita bicara di kamar ya, ku ngomong sama Andra berdua dulu."
"Kebiasaan beli apa-apa nggak pernah bilang," ucap Eva dengan nada kesal lalu pergi ke kamarnya.
"Yah, ayah kenapa sih nggak pernah bilang ke Andra kalo tau soal Anaya punya anak?" Andra tidak tahan dengan ucapannya kali ini.
"Dra, ayah bukannya nggak mau ngasih tau, ayah sendiri tau dari Thomas kalo Anaya nekat cari bukti tapi dia malah jadi korban dari kelakuan Galvin. Dan soal kejadian ini ayah takut—"
"Takut aku tau karena Anaya hamil anaknya Galvin?" Andra menatap Diaz dengan berkaca-kaca.
"Takut kamu nggak siap denger kejadian ini, bagaimana pun Ayah pernah mau jodohin kalian, tapi Anaya nemuin Galvin dan jadi korban buat bebasin kamu, Dra. Ayah nggak bisa berbuat apa-apa, Anaya milih sendiri buat menjauh dari sini."
"Andra nggak percaya, Yah. Anaya nggak mungkin sebodoh itu ngorbanin dirinya, apalagi buat Galvin. Sekalipun Andra denger ucapan itu dari mulut Galvin, Andra tetep nggak percaya, dia itu gila!"
"Andra, bisa nggak sih lo terima kenyataan aja?" Tiba-tiba Lalita turun dari lantai dua, menuruni anak tangga.
"Ta, lo nggak usah ikut campur, ya!" Andra bangkit berdiri menunjuk-nunjuk Lalita. "Lo selalu kompor sampe semua orang kemakan omongan toxic lo itu, bahkan Raka aja muak keluar dari grup gara-gara lo jelek-jelekin Anaya."
"Gue ngomong sesuai fakta, Dra. Anaya tuh nggak sebaik yang lo kira, buktinya dia ngorbanin dirinya buat Galvin cuma buat bebasin lo, emang nggak ada cara lain apa?"
"Lalita, cukup ya! Ini urusan Andra, kamu nggak sebaiknya ikut campur dalam hal ini." Diaz bersuara mengambil alih pembicaraan. "Lebih baik kamu fokus, niat kamu tinggal di sini cari kerja, jangan cari masalah atau Om telpon Revan, ayah kamu buat dateng kesini?"
Nyali Lalita langsung menciut dengan ancaman Diaz terkait menghubungi ayahnya. "Iya Om, maaf," tutur Lalita.
"Jangan kaya gitu lagi," peringat Diaz sebelum Lalita benar-benar pergi memasuki kamarnya.
****
Hari demi hari berlalu, Anaya setiap harinya selalu mendapat berbagai hadiah yang tak diduga, entah itu bantal pijat, bunga, aksesoris, jam tangan yang lama kelamaan membuatnya kesal karena jadi bahan gosip anak-anak kantor karena merasa Anaya sedang dispesialkan oleh seorang penggemarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANDRA (ON GOING)
Teen FictionMenjadi mahasiswa unggulan dan idaman para gadis tidak membuat Andra menjadi sosok playboy di kampusnya, bahkan dari ribuan mahasiswi Sevielle ia malah lebih baik mengencani Gaby, sahabatnya sendiri. Liburan semester genap yang seharusnya menjadi w...