48| Heartbroken Day

159 6 0
                                    

Sorry banget-banget harus update lama, maklumin aku masih pusing banget anak kuliah online selama 2 tahun pas offline tiba-tiba langsung mulai skripsian😵‍💫

Maaf jadi curhat😭🙏🏻

Selamat baca, jangan lupa vote dan komennya ya! Ditunggu antusias kalian

***


Anaya terdiam seharian di kamar dengan sedikit jam tidur, makan dan minum. Ia terus kepikiran dengan masalah Andra ditahan, jika itu benar kenyataan bahwa jika Andralah pelakunya tindakan pertama yang harus Anaya lakukan adalah mengetahui isi bukti yang dikirim ke kantor polisi sebelum mencari Galvin terkait hasil bukti yang dikirim.

Kebetulan pagi ini ia mendapat pesan dari seseorang, beliau adalah David, teman dekat Thomas yang menjabat sebagai kepala kepolisian di Sevielle.

"Pagi, Bi."

"N-Non Anaya, udah baikan?" tanya Bi Dewi ragu, takut menyinggung Anaya perihal kejadian buruk kemarin menimpanya bertubi-tubi.

"Lumayan." Pandangan Anaya melirik ke sana-kemari. "Rafael nggak ke sini lagi, Bi?" tanya Anaya pada Bi Dewi yang sedang menyiapkan sarapan untuk Anaya.

"Emangnya nggak bilang sama Non Anaya?" Anaya jelas menggeleng tidak tahu. "Semalem bilang Non Anaya udah tidur, terus mau pamitan pulang ke Bibi kalo harus pulang karena besoknya udah masuk sekolah."

"Mesti malem-malem banget harus pulang?"

"Iya, dijemput kayanya sama Ayahnya."

"Bokapnya Rafael dateng? Papa berarti pulang dong?" pikir Anaya.

"Iya, Non, tapi Tuan barusan pergi lagi karna ada urusan."

Anaya menghela napasnya, apa yang dilakukan Thomas sampai sesibuk itu, pulang ke rumah hanya mampir menginap saja. "Papa ada titip pesen, nggak?"

"Nggak ada tuh kayanya, Non." Bi Dewi memberikan makanan pada Anaya. "Sarapan dulu, Non."

Anaya menarik kursi meja makan dan duduk. "Bi, bisa siapin bekal makanan, nggak?"

"Buat siapa Non?"

Anaya terdiam sejenak, memikirkan kepada siapa bekal sarapan itu ia kasih. Rasanya tak enak jika memberinya langsung kepada Andra. Terlintas wajah seseorang diingatnnya siapa yang harus ia mintai tolong.

"Siapin aja, Bi."

Anaya sarapan selama beberapa menit, gadis itu tidak banyak sarapan. Setelah bekal makanan siap, ia segera keluar.

"Pak, tolong bukain pager, ya?" pinta Anaya pada 4 sebelum masuk mobil.

Baru masuk, satpamnya menoleh ke mobilnya ingin memberitahu bahwa seseorang datang menggunakan mobil Andra.

Lalita yang keluar, menghampiri dengan langkah cepat, refleks Anaya melepas seatbeltnya lagi dan turut keluar.

"Ta, kenapa ke sini?"

"Nggak usah pura-pura nggak tau lo, seneng kan liat keluarga Andra hancur?"

"Maksudnya?"

"Om Diaz masuk rumah sakit karna tau Andra ditahan."

"Hah?" Anaya kaget tak percaya. "Sekarang kondisi Om Diaz giman-"

"Nggak usah tanya-tanya lagi lo! Lebih baik sekarang cari cara supaya Andra bebas dan lo bisa jauh-jauh dari sini. Muak tau nggak gue liat muka dua lo."

"Hei-hei Lalita!" Chris baru keluar dari mobil Andra menghadang Lalita yang bertindak kasar pada Anaya. "Jangan main kekerasan!" peringatnya.

"Kenapa?" Lalita justru bertanya pada Chris, "takut gue dipenjara juga karena dia?" Lalita melirik Anaya, "coba aja, seberani apa dia tahan gue atas kasus penyerangan."

GALANDRA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang