08| Aleya's Badmood

347 14 0
                                    

VOTE COMMENT GAIS!!
Cepat sebelum aku ngambek:((
Candaa tp vote comment itu penting wajib

2600kata buat kalian pembaca:)

Follow akun wp & ig aku @melthnz ya!

Happy Reading!

* * *

Andra terbangun, melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Kepalanya mendongak, baru sadar ia masih berada di kamar Aleya dan tertidur di sisi ranjangnya. Ia menatap kasur Aleya yang kosong, gadis itu sudah tidak ada di sampingnya.

"Al?" panggil Andra sembari bangun mencarinya. Andra berjalan menuju kamar mandi dan membukanya.

Dari pantulan kaca terlihat punggung Aleya yang terbuka sebagian. Gadis itu tengah melihat bahunya yang membiru entah karena apa. Namun kedatangan Andra membuatnya membungkus punggung putih tersebut dengan kemeja panjangnya.

"S-sorry-sorry gue nggak tau," ucapnya mengalihkan pandangan ke arah lain. Andra sebenarnya penasaran dengan luka memar di bahu Aleya. "Bahu lo kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa." Aleya memunggungi Andra, mengancingkan dua kancing kemeja atasnya dengan rapih.

"Gue nggak percaya." Andra membalikkan badan, menatap punggung Aleya lalu menarik sedikit bagian kemejanya. "Punggung lo kenapa?"

"Lo jangan mesum, deh!" serunya menepis tangan Andra yang menyampir ke kemejanya kemudian membalikkan badan menatap kesal wajah laki-laki itu.

"Gue nggak mesum, gue pengen tau lo kenapa?"

"Kebentur," jawabnya. Ia tidak mau Andra banyak berbicara, menanyakan soal luka memar itu.

"Kok bisa?"

Ternyata dugaan Aleya salah. Ia malah kembali bertanya lagi. "Kepo banget sih."

"Gue cuma pengen tau, Aleya," ucap Andra dengan emosinya yang tertahan. "Keadaan lo gimana?"

"Hmm, udah jauh lebih baik," gumamnya keluar dari kamar mandi.

"Besok nggak usah sekolah aja, gimana? Gue yang minta izin ke sekolah lo," pinta Andra. Ia masih takut Aleya kenapa-kenapa nantinya di sekolah.

"Gue mesti sekolah, gimanapun juga besok hari pertama gue di sekolah baru." Aleya menaiki ranjangnya kembali. Menyingkap selimut dan menutupi badannya sampai dada.

Andra duduk di sisi ranjang Aleya. "Al, nurut sama gue kenapa?" pintanya lagi.

"Lo nggak perlu khawatir berlebihan, Gal," ucapnya memperingati. "Jangan pancing gue buat debat, gue capek."

"Gue nggak mau debat sama lo, gue mau kita baikan," putusnya.

Baikan? Kesambet apa Andra mengajaknya baikan? Semudah itu kata tersebut keluar dari mulutnya. Apakah ia benar-benar sadar atas ucapannya?

"Dengan lo larang-larang gue itu bisa dibilang baikan?"

"Al-"

"Udah, mending lo keluar! Gue mau tidur," titahnya.

Aleya menarik selimut kini sampai leher. Ia memunggungi Andra tanpa berkata apa-apa lagi.

"Oke, fine. Lo boleh sekolah, tapi gue yang anter." Andra menghela napasnya, terpaksa menuruti permintaan Aleya demi berbaikan dengan gadis itu.

Tanpa ada jawaban apa-apa dari Aleya, Andra kembali bertanya, "Lo denger gue kan, Aleya?"

"Denger," jawabnya singkat. "Tolong tutup pintunya!"

GALANDRA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang