VOTE COMMENT DULU YAA
Follow akun wp&ig @melthnzHappy Reading!
* * *
Andra lagi-lagi pulang dengan panik, pasalnya Aleya tidak bisa dihubungi. Ia bahkan pergi ke sekolah menanyakan pada Guru yang mengajar di kelas Aleya. Ia bilang Aleya izin ke toilet dan tidak kembali sama sekali. Andra sampai mengecek keberadaannya di toilet cewek, sama sekali tidak ada dirinya dan hanya sebuah ponsel rusak milik Aleya.
Sekarang Andra makin panik. Lantas bagaimana cara gadis itu pulang? Tanpa tas dan juga ponsel. Andra pergi mencarinya sepanjang jalan pulang ke rumah. Sampai di rumah pembantunya menatap dengan wajah khawatir.
"Aleya udah pulang, Bi?" tanya Andra sembari menyimpan tas Aleya di sofa. Sementara ponselnya akan Andra bawa ke toko service ponsel untuk diperbaiki. Sayang jika langsung ganti. Gadis itu harus belajar menghemat uang.
"Udah, Mas Andra. T-Tapi itu—"
"Itu apa? Yang jelas," potong Andra. Ia bingung apa yang sebenarnya terjadi.
"Mbak Aleya lagi marah besar pas pulang tadi," ungkapnya.
"Marah gimana?"
"Berantakin kamar gitu, Mas. Bibi jadi takut ...."
"Biar Andra yang urus dia kalo gitu." Andra pergi ke lantai atas, menemui Aleya ke kamarnya.
"Al bukain!" teriak Andra dari luar kamarnya. "Al cepet buka!"
Tanpa mau nunggu lama Andra memaksa membuka knop pintu, tidak tahunya pintu tersebut tidak di kunci. Andra membuka lebar pintu kamar Aleya.
Berantakan. Satu kata yang cocok untuk kamar gadis itu. Kamar yang tadinya sangat bagus menjadi tidak terurus. Andra pusing sendiri kenapa gadis itu memiliki tingkah laku yang buruk. Bahkan sekarang ia tengah duduk di atas jendela.
"Aleya!" Andra menghampiri Aleya dengan melewati beberapa barang yang berserakan. "Lo gila, ya! Turun nggak, sekarang?"
Gadis itu hanya menatap santai wajahnya, lalu memalingkan muka menatap jendela kembali. Mengabaikan Andra yang mengomel di hadapannya. Tanpa izin apapun Andra langsung membopong Aleya hingga dirinya terkejut kaget.
"Gal, lepas!" pekiknya.
"Lo mau bawa gue kemana!" Andra terus membawa Aleya turun ke lantai bawah hingga ia diturunkan di atas sofa.
"Bi, beresin kamar Aleya!" titah Andra pada pembantunya.
"Baik, Mas."
"Gue mau tanya sama lo, hari ini lo kenapa? Nggak di sekolah, nggak di rumah, lo buat ulah," selidik Andra.
"Nggak apa-apa."
"Jujur sama gue ... di sekolah kata guru, lo bolos, tas lo ditinggalin di kelas, ponsel lo gue temuin di toilet. Dan sekarang di rumah, lo berantakin kamar, teriak-teriak juga kata Bibi. Kenapa sih lo jadi kaya gini?"
Aleya menarik diri, bangun. "Gue mau ke kamar."
"Jawab gue, Aleya!" hadang Andra.
"None of your business!"
"Gue berhak tau, Al. Gue ini tanggung jawab lo selama Ayah di luar kota," jelasnya. Gadis itu tetap tidak mendengarkannya dan melewati Andra begitu saja.
"Aleya!" Andra menarik tangan Aleya agar ia mundur. Andra dapat melihat raut wajah Aleya yang berbeda dari biasanya. Ada kesedihan yang tidak bisa Aleya ungkapkan, ada keceriaan lalu pudar akibat tenggelam dalam lautan kemarahan. Ia harus memakai kunci yang Diaz selalu pesankan padanya, sabar dalam menghadapi sikap Aleya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANDRA (ON GOING)
Novela JuvenilMenjadi mahasiswa unggulan dan idaman para gadis tidak membuat Andra menjadi sosok playboy di kampusnya, bahkan dari ribuan mahasiswi Sevielle ia malah lebih baik mengencani Gaby, sahabatnya sendiri. Liburan semester genap yang seharusnya menjadi w...