Haloo
Kali ini author ubah dulu Aleya jadi sisi Anaya yang sebenarnya. Kira-kira gimana, ya?Jangan lupa vote dan komen!
Happy Reading!
* * *
"Siapa, Bi?" Seorang gadis memunculkan wajahnya usai menuruni tangga menemui asisten rumah tangganya yang membawa sebuah nampan berisi minuman.
"Tuan, Non Anaya," sahut Dewi, sang asisten rumah tangga itu.
Anaya melihat orang tuanya itu berjalan memasuki ruang kerjanya dengan jas yang tersampir di lengan kirinya membawa beberapa dokumen.
"Sejak kapan pulang?" tanya Anaya, ia seharian ini beristirahat di kamar tidak melakukan apapun karena dilanda dilema bahwa kenyataan Andralah pelaku utama atas kematian Aleya.
"Tadi sorean, Non, sehabis mengunjungi kerabatnya yang menikah." Aleya terdiam mengingat dirinya hari ini sudah mengecewakan banyak orang karena tidak datang dihari bahagia Ayah angkatnya, Diaz. "Kalo begitu Bibi antar kopi dul-"
"Biar Anaya aja, Bi," potong Anaya yang tak sungkan-sungkan mengambil alih nampan tersebut.
Gadis itu mengetuk pintu ruang kerja Thomas, mendapati sahutan masuk, Anaya segera membuka pintu dan mengantarkan kopi hingga ke meja Thomas.
Niatnya kemari sebenarnya ingin mengatakan sesuatu yang belum sempat dijelaskan tempo hari, tentang kedatangannya ke rumah tiba-tiba bukan hanya sekedar menemui sang ayah angkat melainkan untuk menetap.
"Ada yang mau aku bicarain, Pah." Thomas yang sedang menyesap kopinya menoleh pada Anaya. Putri satu-satunya yang akan menjadi penerusnya ini.
Gadis itu terlihat berantakan, dengan kantung mata sedikit menghitam, tubuh kurus seperti jarang memperhatikan pola makan.
Thomas langsung to the point bertanya, "Soal apa?"
"Galandra." Thomas langsung menghela napasnya, gadis itu masih bersihkeras menuduh bahwa Andralah dalang dari semua hal yang terjadi pada Aleya.
"Kamu masih menuduh dia pelakunya?" Aleya memneri respon dnegan anggukan. "Astaga Anaya, Papa pikir kamu sudah memiliki perasaan dengan Andra, tapi dengan Andra cerita sama Papa cara kamu putusin dia tanpa alasan dan pergi kabur dari rumah itu sudah benar?" tanya Thomas dengn serius.
"Emangnya Anaya salah putusin dia?"
"Menurut kamu?" Thomas balik bertanya.
"Anaya udah melakukannya dengan benar." Anaya nampak percaya diri menjawabnya, namun sedikit di lubuh hatinya masih tersisip perasaan yang tidak mungkin diutarakan karena semuanya tertutup dengan dendam. "Salah siapa dia main-main sama Aleya," ucapnya lugas.
"Isi kepala kamu tuh sekarang udah dipengaruhi sama dendam, Nay." Thomas bahkan tidak mengerti dengan putri angkatnya. "Papa emang salah udah sudutin kamu tentang kematian Aleya karena kamu terakhir telponan sama dia, tapi cara kamu nyari pelakunya malah kaya gini. Papa takut kamu salah jalan, nuduh orang yang sama sekali bukan pelakunya," ungkap Thomas.
Anaya sebenarnya takut, tapi mau bagaimana lagi, ia tidak mau menunda semuanya, lebih baik merelakan semuanya duluan daripada merasakan sakitnya kehilangan belakangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANDRA (ON GOING)
Teen FictionMenjadi mahasiswa unggulan dan idaman para gadis tidak membuat Andra menjadi sosok playboy di kampusnya, bahkan dari ribuan mahasiswi Sevielle ia malah lebih baik mengencani Gaby, sahabatnya sendiri. Liburan semester genap yang seharusnya menjadi w...