Jangan lupa vote comment ya
Happy Reading!* * *
"Ayah seneng kamu udah bisa pulang, tapi maaf, Ayah nggak bisa anter kamu."
"Nggak apa-apa kok, Yah. Nanti Aleya bisa pulang sendiri atau sama Kak Neo."
Diaz mengangguk. "Iya ayah juga mau ngucapin banyak terima kasih, udah banyak ngerepotin dia."
"Yaudah, kalo Ayah mau pergi, pergi aja. Makasih Ayah udah ngurusin Aleya."
"Anytime, Al." Diaz beranjak bangun dari duduknya di sisi brankar. "Ayah pamit kalo gitu."
Selama seminggu dirawat, rumah sakit adalah tempat yang tidak mau Aleya kunjungi lagi. Sudah cukup banyak penderitaan yang Aleya lalui. Terbaring hanya membuat dirinya dianggap lemah, tak berdaya dan bahkan seolah rasanya Aleya frustasi akibat banyak memikirkan perasaan yang seharusnya tak pernah ada.
Aleya menyibakkan gorden putih tulang yang terpasang di ruang rawatnya untuk melihat dunia luar.
Di bawah sana terdapat taman rumah sakit yang kemarin-kemarin Aleya kunjungi menggunakan kursi roda akibat jatuh dari tangga beberapa waktu yang lalu.
"Gimana keadaan kamu Aleya?" tanya Diaz saat Aleya siuman.
"Kepala Aleya sakit ...." Aleya beranjak bangun untuk duduk namun tubuhnya terasa berat tidak bisa bergerak hingga matanya menatap kaki jenjangnya yang tertutup selimut. "K-kaki ... kaki Aleya kenapa rasanya kebas?"
"Aleya tenang dulu, Ayah panggilin dokternya, ya?" Diaz segera keluar mencari sang dokter.
Gadis itu panik seketika. "Aleya nggak akan bisa jalan, Kak?"
"Aleya tenang, lo pasti bisa jalan."
Aleya tidak bisa menahan air matanya. Bagaimana jika kakinya benar-benar tidak bisa bergerak? Apa yang harus ia lakukan selanjutnya nanti jika berjalan pun dirinya tak bisa?
"Kak, kaki Aleya—"
"Dokter dateng." Neo memberitahu.
"Tolong jelasin, Dok. Kaki Aleya nggak bisa gerak," protes Aleya.
"Aleya, tenang ya." Neo hanya bisa memandang Aleya iba. Mencoba menenangkan setelah apa yang telah terjadi menimpanya.
Beberapa saat Diaz akhirnya kembali sendirian tanpa bersama dokter.
"Om, Dokternya mana?"
"Om udah bicara sama dokternya." Wajahnya sanga jelas terbaca kalau dirinya sedang sedih.
"Om kasih tau Neo sama Aleya. Dokter bilang apa?"
"Aleya ...."
Suara berat seorang laki-laki mengisi indra pendengarannya. Aleya yang terlalu bersemangat ingin pulang langsung menoleh menebak bahwa itu Neo yang menjemputnya.
"Kak Neo—Loh, lo siapa?" Aleya tergagap seorang laki-laki yang tidak dikenal masuk ke dalam ruang rawatnya.
"Gue disuruh Ayah jemput lo."
* * *
Besok hari pertama Andra masuk kuliah di semester 5. Namun sampai saat ini belum menyentuh ponselnya setelah diingatkan Raka dan Chris untuk menghubungi orangtuanya.
Andra sebenarnya tidak bermain ponsel karena ingin menghindari Aleya setelah tahu Gaby tidak aktif dihubunginya, lalu keadaan rumahnya kosong dan di kafe pun Gaby dan ibunya tidak ada. Andra kecewa mengapa Gaby bisa setega itu padanya, pergi liburan usai hubungan mereka kandas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANDRA (ON GOING)
Teen FictionMenjadi mahasiswa unggulan dan idaman para gadis tidak membuat Andra menjadi sosok playboy di kampusnya, bahkan dari ribuan mahasiswi Sevielle ia malah lebih baik mengencani Gaby, sahabatnya sendiri. Liburan semester genap yang seharusnya menjadi w...