Andra terbangun menyipitkan matanya saat seorang gadis dengan rambut digerai dan juga setelan pakaian kimono membuka gorden kamar.
Tunggu sebentar! Seorang gadis?Andra yang tidur tengkurap berlawanan arah dengan bantal tersentak bangun. Apa semalam Andra....
"Lo siapa? Lo apain gue?!" tuduhnya. Ia menatap tubuhnya tidak dibalut baju, hanya bawahan saja masih lengkap memakai celana training putih semalam.
Aleya yang selesai menyingkap gorden, menoleh. "Kebanyakan minum lo jadi amnesia sama kejadian semalem."
What? Semalem apanya?
"M-Maksud lo?" tanya Andra heran. Gadis itu malah menghampirinya membuat Andra sendiri mundur ketakutan memegang bantal. Otaknya mulai berpikiran aneh-aneh, ia sendiri tidak tahu sekarang ia berada di kamar siapa.
"Perlu gue ingetin lagi? Kita...," ucap Aleya menaikkan sebelah alisnya.
"Nggak perlu!" serunya. Belum apa-apa Andra sudah melempar bantal tersebut pada badan Aleya. Ia bergegas bangun dan turun dari ranjang berniat pergi ke kamar mandi. "Gue bisa nginget sendiri!"
Andra mengguyur tubuhnya di bawah shower yang menyala, kepalanya sangat pusing sekali pagi ini. Berusaha mengingat kejadian semalam. Matanya terus terpejam, bayang-bayang kilasan semalam mulai bermunculan.
***
"Andra?" panggil Gaby, ia terheran semenjak tadi Andra terus melamun usai kesalahpahaman mereka kelar, "Andra kamu liatin apa sih?"
"Hah?" Andra yang baru tersadar menoleh, Gaby sudah memasang wajah cemberut diabaikan oleh Andra. Ia bingung sendiri, bukannya tadi Andra menghampiri Aleya dan Neo yang sedang bermesraan?
"Kamu aneh tau, nggak?"
"A-Aneh gimana?" Andra tergagap, perasaan tidak ada yang aneh dari diri Andra.
"Kamu tadi denger nggak aku cerita apa?" selidik Gaby.
"Cerita apa?"
"Tuh kan," desah Gaby. Ia tidak suka jika Andra sudah begini padanya. Ucapannya sendiri tidak didengarkan, "Udahlah aku cape, kita balik duduk lagi aja."
"By, kamu beneran marah? Aku tadi lagi banyak pikiran," ucap Andra merayu gadis itu.
"Mikirin apa sih? Jelas-jelas aku di depan kamu." Gaby berjalan duluan, Andra langsung mengikutinya dari belakang.
"Y-Ya ... banyak. Ayah aku contohnya, dia baru berangkat tadi sore. Udah jelas aku jarang ketemu dia, pas pulang dia udah mau pergi lagi." Andra menyamakan langkah kaki Gaby, menatapnya lalu menatap lurus kembali.
Ia melihat Aleya dan Neo masih di tempat duduknya semula. Lalu tadi apa? Andra seperti berkhayal Aleya dan lainnya membicarakannya dan Gaby yang berciuman. Jelas-jelas seingat Andra tadi ia membicarakan niatnya menikahi Gaby usai lulus nanti.
Ada apa dengan Andra? Padahal ia baru meneguk bir sedikit saja, apa ia sudah mulai mabuk sekarang?
Gaby menarik tangan Andra duduk saat kembali ke meja tempat mereka berkumpul. Andra meminum minumannya yang sudah dituangkan ke gelas, meneguknya sampai habis merasa haus ditambah frustasi kenapa ia bisa berpikiran menghampiri Aleya dan Neo, marah-marah seperti orang cemburuan.
"Lama bener yang berduaan? Ini kita jadinya kita mau ngerayain bareng-bareng atau malah ngerayain yang pacaran," sindir Raka.
Andra tetap terus minum, tidak mendengarkan ocehan Raka karena sudah yakin anak itu pasti sudah mabuk. Gaby mencoba meredam emosi Andra di sana dengan menggenggam tangannya di bawah meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANDRA (ON GOING)
Teen FictionMenjadi mahasiswa unggulan dan idaman para gadis tidak membuat Andra menjadi sosok playboy di kampusnya, bahkan dari ribuan mahasiswi Sevielle ia malah lebih baik mengencani Gaby, sahabatnya sendiri. Liburan semester genap yang seharusnya menjadi w...