11| Meet Problem

276 16 0
                                    

VOTE COMMENT YA GAISS
Follow akun wp&ig aku @melthnz

Happy Reading!

* * *

Sepulang sekolah Aleya dan Rafael menuju salah satu kafe untuk mentraktirnya sebagai balas budi atas kejadian tadi pagi. Mereka berangkat dengan mobil masing-masing. Berhubung Aleya juga hendak mencari buku belajar yang disuruh Andra, Rafael menyarankan tempat yang pas dimana tersedianya toko buku yang disatukan.

Dan di sinilah mereka berada. La Educafé, tempat di mana Bookstore dan kafe disatukan. Jaraknya tidak jauh dari sekolah, anak-anak SMA Caroline biasanya banyak yang berkunjung ke sini hanya untuk belajar kelompok, belanja buku atau pun berkumpul dengan teman.

"Gimana, lo suka sama tempatnya?" tanya Rafael yang tadinya menatap bangunan kafe tersebut beralih memandang Aleya sambil tersenyum. "Aleya?"

"Biasa aja," jawabnya cepat.

Senyum Rafael begitu mendengar jawaban Aleya yang menohok. "Sorry ... gue nggak tau tipe kafe yang lo suka kaya gimana," aku Rafael menyesal mengajak ke kafe rekomendasinya pada Aleya.

Aleya hanya bisa menghela napas. Beginilah laki-laki yang dekat dengannya. Jangan berharap untuk terbawa perasaan. Tapi Aleya sendiri jika tidak nyaman dengan seseorang ia akan berterus terang dari sekarang tanpa menyakiti orang tersebut terlalu lama.

"Gue sebenernya lebih suka makan di angkringan daripada di sini." Aleya mengaku jujur. Laki-laki di sampingnya tertegun, pasti karena ekspetasi salah terhadap Aleya yang terlihat layaknya orang kaya namun lebih suka makan-makanan di pinggir jalan.

Rafael tidak enak hati melihat wajah datar Aleya. Ia oun menyarankan, "Kalo lo nggak suka, gimana kalo kita pin-"

"Gue nggak masalah," potongnya atas ucapan Rafael. Meskipun tidak suka, Aleya yang meminta duluan Rafael untuk menentukan kafe mana yang dipilihnya.

"Lagi pula kita udah nyampe, nggak enak kalo nggak masuk," sambung Aleya yang kemudian masuk lebih dulu ke dalam kafe.

Rafael hanya menghela napas, mengikutinya masuk. Niat Rafael ingin membuat Aleya senang namun tanggapan gadis itu malah jauh dari dugaannya.

"Halo Kak, ada yang bisa dibantu?" tanya salah satu pelayan kafe melihat Aleya celingukan di depan pintu kafe mencari meja yang kosong karena suasana di dalam kafe yang ramai pengujung sore hari ini. Banyak siswa yang berkumpul main, mengerjakan tugas juga membeli buku-buku.

Mendapati Aleya yang berdiam diri ketika ditanya, Rafael segera datang menyahut, "Atas nama Rafa, udah booking meja sebelumnya, Kak."

Pelayan tersebut langsung paham dan mengarahkan mereka berdua ke meja yang dipesan Rafael. Letaknya tak jauh dari pintu masuk, akan tetapi terhalang oleh orang lain makanya tidak terlihat oleh Aleya tadi.

"Silakan dilihat dulu menunya," tawar Pelayan itu memberikan buku menu.

"Sebentar ya, Kak," jeda Rafael. Ia menyodorkan setengah buku menu pada Aleya yang memalingkan wajahnya menatap cuaca mendung di luaf sana. "Lo pesen apa, Al?"

"Lo aja, gue nggak mau," ucapnya angkuh.

"Al, masa lo yang traktir, lo juga yang nggak pesen apa-apa?" bujuk Rafael. Ia tidak enak jika Aleya tak ikut memesan, itu sama saja Rafael lebih baik membayar pesanannya sendiri.

"Pesen minum atau makan aja gimana?" tawar Rafael agar Aleya mau memasan. "Gue bantu pilih, ya?"

"Air putih aja," putusnya yang menahan kesal akibat ocehan Rafael yang tidak henti. Ia tidak peduli pada Rafael dan pelayan yang menunggu akan berpikiran Aleya miskin atau apa, tapi yang jelas Aleya tidak mau memesan apapun. Moodnya kali ini sedang tidak baik, ditambah ia harus bertemu orang yang lebih menyebalkan dari Andra, yaitu Rafael.

GALANDRA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang