14| Worried

245 11 0
                                    

"Loh Aleya mana?" Andra melirik ke sana ke mari. "Nggak bareng lo Liv keluar kelasnya?"

"Aleya ... kayanya masih di kelas bareng Rafael. Padahal udah Oliv ajak tadi, cuma dia bilang duluan aja," jawabnya.

Tangan Andra spontan meremas stir kemudi, merasa kesal pada Aleya yang sebelumnya sudah diperingatkan untuk tidak dekat dengan laki-laki apalagi sampai berpacaran.

"Kak Andra, are you okay?" tanya Olivia melihat Andra yang terus melamun, tidak menjalankan mesin mobilnya.

Tidak mendapat respon, akhirnya Olivia mengubah topik pembicaraannya. "Sebelumnya Kak Andra mau ngomongin soal apa, ya? Kak Neo?"

"Liv?" Bukannya menjawab pertanyaan Olivia, Andra malah memanggil nama gadis di sampingnya yang heran. "Gue kayanya mau nemuin Aleya ke kelas dulu," ungkap meminta izin lalu pergi keluar mobil.

Tak jauh dari langkah Andra, Aleya berjalan bergandengan tangan dengan Rafael lalu terkejut dengan kehadiran Andra sehingga buru-buru melepas tangannya dari genggaman Rafael.

"Mmm, udah dijemput kayanya gue mesti pulang nggak bisa nemenin lo—"

"Lo emang harus pulang." Andra menarik tangan Aleya untuk menjauh dari laki-laki itu, "Sekolah itu banyak belajar bukannya banyak pacaran!" omelnya.

"Lo kenapa, sih?"

"Masuk mobil!" titahnya membentak.

"Ngasih tau pelan-pelan kan, bisa," dumelnya segera masuk ke dalam mobil. Ia duduk di jok belakang melihat di tempat biasanya duduk sudah ada Olivia yang memandanginya dari kaca spion.

Andra menatap sesaat Rafael yang hanya diam di sana, kemudian pergi memasuki mobil.

"Kenapa ada nih orang di sini?" Aleya pura-pura tidak tahu bahwa mereka akan membicarakan sesuatu.

"Gue mau anter dia pulang sekalian."

"Loh kan dia bawa mobil, ada temennya juga ngapain nebeng sama kita," protes Aleya.

"Lo bisa diem nggak, Al? Gue capek lama-lama ngadepin tingkah lo tau, nggak?!"

Aleya membuka pintu mobil setelah tersenyum miris mendengar bentakan Andra. Baru kali ini bentakan itu terdengar menyebalkan bahkan dianggap Aleya sangat tidak penting baginya.

Persetan dengan perasaan yang pernah ada. Aleya tidak boleh mengutamakan seseorang yang pernah ia sukai dulunya, sekarang laki-laki itu adalah target.

Jadi Aleya, lo harus bekerja secara profesional.

"Aleya, lo mau ke mana?!"

Teriakan Andra yang semakin samar karena suara kendaraan jalan raya yang bising saat para murid pulang sekolah.

"Jadi nebeng mobil gue, nggak?" Mobil Rafael berhenti tepat di depan Aleya berdiri menunggu angkutan umum.

* * *

"Kak Andra tenangin diri dulu, paling juga Aleya marahnya cuma bentaran doang kok."

Andra hanya bisa mengusap wajahnya di dalam mobil. "Lo nggak tau aja Liv, dia kalo marah tuh semua barang yang ada di kamar dia lempar," ujar Andra. Bujukan Olivia tidak akan bisa membuatnya tenang melihat tempramen Aleya begitu buruk.

Olivia berdecak terus menerus di dalam hati, nasib sialnya ingin lama berduaan dengan Andra jadi terburu-buru karena hanya ulah gadis itu yang marah-marah tidak jelas.

"Yaudah, gini aja deh. Kak Andra telpon bibi di rumah minta kabarin kalo Aleya udah pulang. Sekarang waktunya Kak Andra butuh penjelasan kan dari Oliv tentang Kak Neo. Oliv nggak bisa jelasin kalo Kak Andranya buru-buru kaya gini. Kita ke kafe sambil ngobrol, gimana?"

GALANDRA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang