45| Unexpected Guest

145 8 0
                                    

How're u today guys?

Senin nggak selamanya buruk, kan?

Siapin tisu buat baca:'))

Happy Reading!

***

Anaya terbangun mengucek matanya perlahan dan beranjak duduk. Dirinya sekarang sudah berada di ruangan yang sangat familiar. Iya, dia di kamarnya sekarang.

Sebelah tangannya memukul-mukul pelan kepala bagian kanan merasakan rasa sakit yang masih terasa akibat pengaruh minuman keras. Apa yang dilakukannya semalam? Ia bahkan tidak mengingat apapun hingga suara ceklekan pintu membuatnya menoleh cepat memunculkan asisten rumah tangga di rumah tersebut.

"Non Anaya sudah bangun." Bi Dewi datang bawa segelas susu, dengan hati-hati ia menghampiri dan duduk di tepi kasur. "Diminum dulu susunya ini."

"Makasih, Bi." Anaya meneguk susu dengan beberapa tegukan lalu bertanya sesuatu, "Anaya semalem keluar, Bi?"

"Iya Non. Masa lupa?" Anaya mengernyit kembali berusaha mengingat-ingat walau agak sulit. "Semalem dianter sama cowok siapa gitu namanya, Den Andra kalo nggak salah."

Mata Anaya melebar mendengarnya. Ia sekarang ingat kejadian apa yang terjadi semalam. Anaya meremas rambutnya, sungguh gawat, hal ini di luar kendalinya sendiri.

***

"Nay, bisa kita balik kaya dulu?"

Wajah Andra mendekat, menyelipkan rambut Anaya di balik daun telinga agar tidak menutupi wajah rampingnya.

Gadis menggumamkan perkataan dengan mata yang masih terpejam. Andra yang mendengar tidak jelas makin mendekatkan diri dengan menyampingkan wajah supaya telinganya langsung mendengar tiap perkataan dari bibir Anaya, tapi kecupan di pipi malah diberikannya hingga Andra refleks menoleh dan hidungnya bersentuhan langsung dengan hidung Anaya.

Andra menelan salivanya, tidak bisa ia menahan dari jarak dekat begini. Namun, jika ia lakukan apakah termasuk laki-laki kurang ajar yang bisa melakukan tanpa persetujuan lawan jenisnya?

"Anaya, entah apa yang lo lakuin sekarang ke gue, gue bener-bener udah nggak peduli, tapi satu hal yang mau gue kasih tau saat lo sadar nanti, gue mau jujur tentang kedekatan gue sama Aleya itu murni karena perasaan nggak enak hati soal insiden gue numpahin kopi ke rok dia, gue bukan orang yang ngebunuh Aleya. Sumpah, bukan gue orangnya meskipun gue masih ngerasa bersalah ngebiarin chat itu."

Entah Anaya dalam kesadaran atau tidak, ia menangkup wajah Andra dan berkata. "Iya, aku percaya sama kamu." Lalu mengecup bibir Andra singkat sembari tersenyum. "Aku berusaha percaya sama kamu."

"Makasih, Nay." Andra menggenggam kedua jemari Anaya dan menurunkannya. "Aku bakal bantu apapun kesulitan kamu mulai sekarang, jadi tolong jangan tinggalin aku lagi." Kemudian tangannya terangkat memegang bahu Anaya. Membalas ciuman tadi yang telah ia rindukan sekian lamanya.

"Andra woi bangun!" Suara Raka beserta gebrakan pintu membangunkan dirinya yang kini duduk di kasur melihat ke arah jendela yang ditutupi gorden memunculkan cahaya yang menyorot tipis-tipis masuk ke dalam kamarnya. "Andra lo masih nggak bangun lagi gue dobrak pintu kamar!"

"Iya-iya gue bangun!" Andra mengecak rambutnya, bangun berjalan membuka pintu yang menampilkan Raka dan Chris sudah berdiri di sana. "Kenapa sih?"

GALANDRA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang